PROFIL Tokoh yang Secara Terbuka Dukung Anies Baswedan: Eks Wakil Menteri hingga Mantan Pimpinan KPK
Berikut ini adalah profil para tokoh yang secara terbuka memberikan dukungannya kepada Anies Baswedan. Siapa saja mereka?
Penulis: Malvyandie Haryadi
Namun dirinya mengundurkan diri pada 12 September 2019 karena kasus Revisi Undang Undang KPK.
Dirinya menjabat sebagai Wakil Ketua KPK bersama 3 orang lainnya yakni Basaria Panjaitan, Alexandar Marwata, dan Laode M Syarif
Mereka terpilih oleh Panitia Seleksi DPR untuk masa bakti 2015–2019.
Di mana saat itu Saut Situmorang mendampingi Ketua KPK Agus Rahardjo.
Pria kelahiran Medan Belawan, Medan, pada 20 Maret 1959 ini masuk Badan Intelijen Negara (BIN) pada 1987, melansir TribunnewsWiki.com.
Pada rentang waktu 1997-2001, ia menjabat sebagai Sekretaris III KBRI Singapura.
Sedangkan pada tahun 2008 hingga 2011, Saut menjabat sebagai Sekretaris I KBRI Canberra, Australia.
Pada tahun 2013, ia juga menjadi Sekretaris Program Pendidikan Regular Angkatan ke-50 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) pada 2013.
Saut Situmorang juga dikenal sebagai dosen di Universitas Indonesia (UI), dan mengajar ilmu kompetitif intelijen.
Selain itu, ia juga merupakan dosen STIN hingga saat ini.
Saut Situmorang pernah berhasil meraih penghargaan Life Time Achievement dari Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC), pada 24 Mei 2022.
Hal itu, disampaikan Saut melalui akun Instagram miliknya, @sautsitumorang_ss.
3. Eks Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Denny Indrayana
Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Denny Indrayana mengaku siap membantu Anies Baswedan dalam langkahnya jika nanti menjadi calon presiden secara definitif.
Denny mengatakan itu merupakan sebuah konsekuensi dalam sebuah proses dukungan.
"Ya konsekuensi dukungan tentu membantu lah," kata Denny kepada awak media ditemui di hotel kawasan Jakarta Pusat, Kamis (2/2/2023).
Tentu tidak tanpa pertimbangan kenapa Denny menaruh hatinya kepada Anies dalam menyambut Pemilu 2024 mendatang.
Ada dua kata kunci, jelas Denny, yang membuatnya yakin untuk mendukung eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
"Saya menyatakan memang, dengan berbagai pertimbangan, terutama dua kata kunci, taat konstitusi dan punya semangat antikorupsi," ucapnya.
Denny Indrayana selama ini dikenal sebagai seorang aktivis dan akademisi Indonesia yang pernah menjadi Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (2011-2014).
Sebelumnya adalah Staf Khusus Presiden Bidang Hukum (2008-2009), dan Bidang Hukum, HAM, dan Pemberantasan KKN (2009-2011).
Denny juga pernah menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (2010-2018), serta profesor tamu di Melbourne University Law School, Australia (2016-2019).
Dia juga merupakan salah satu pendiri Indonesian Court Monitoring dan Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
4. Rocky Gerung
Rocky Gerung meyakini Anies akan menjadi presiden dan berkantor di Istana Merdeka.
Rocky Gerung menyebut pertemuan relawan pendukung Anies yang tergabung dalam Sekber KIB ini merupakan konsolidasi masa depan.
"Negara ini yang hendak kita pastikan, ke depan memang cuma ada Anies yang diusir dari (jalan) Merdeka Selatan dan akan pindah ke (jalan) Merdeka Utara. Jadi saya percaya bahwa pertemuan ini adalah konsolidasi ide, konsolidasi masa depan," katanya.
Rocky mengatakan Anies hanya butuh 51 persen suara di Pilpres 2024. Ia menyebut Anies dipilih oleh rakyat karena yang saat ini sudah tidak diperlukan.
"Enggak adil kalau Anies menang 80 persen. Kita cuma butuh 51 persen. Itulah demokrasi. Apakah Anies dipilih karena diperlukan? Tidak. Dia terpilih karena yang sekarang tidak diperlukan," ujarnya.
5. Habil Marati, Politikus PPP
Politisi PPP, Habil Marati, menyatakan mendukung Anies Baswedan maju sebagai calon presiden (capres).
Habil Marati saat ini tergabung dalam relawan Forum Ka'bah Membangun.
Bersama kelompok relawan lainnya, Go-Anies dan Amanat Indonesia (ANIES), Forum Ka'bah Membangun telah membentuk Sekretariat Bersama dengan nama KIB alias Kuning, Ijo, Biru.
Sekber KIB ini diresmikan di Jakarta pada Rabu (1/2/2023).
Diketahui, singkatan KIB sama seperti koalisi yang dibentuk Golkar, PPP, dan PAN yang memiliki kepanjangan Koalisi Indonesia Bersatu.
Padahal, Golkar, PPP, dan PAN hingga saat ini belum mendeklarasikan siapa capres yang akan mereka usung.
Meski demikian, Habil Marati membantah KIB yang dibentuknya adalah tandingan KIB Golkar, PPP, dan PAN.
Lantas, seperti apa profil Habil Marati?
Habil Marati lahir di Raha, Sulawesi Tenggara pada 7 November 1962.
Ia adalah lulusan IAIN Sumtara Utara tahun 1982.
Kemudian, pada 2003, lulus dari Magister Manajemen Universitas Sumut.
Menurut Wikipedia, Habil Marati pernah maju sebagai calon wakil rakyat dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Kala itu, ia maju dari Dapil Sulawesi Tenggara yang meliputi Kolaka, Konawe, Muna, Buton, Konawe Selatan, Bombana, Wakatobi, Kolaka Utara, Konawe Utara, Buton Utara, Kota Kendari, dan Kota Bau Bau.
Pada 2020 lalu, Habil Marati divonis hukuman satu penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus).
Ia dinilai terbukti bersalah atas tindak pidana membantu melakukan tanpa hak, menerima, menyerahkan, menguasai, dan menyimpan senjata api dan amunisi.
Vonis yang dijatuhkan pada Habil Marati ini terkait kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019 di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang menjeratnya.
Kala itu, ia terbukti memberi dana sebesar Rp153 juta pada Kivlan Zen.
Uang itu diterima oleh anak buah Kivlan Zen, Helmi Kurniawan, yang diduga untuk membeli senjata api ilegal pesanan Kivlan.
Habil Marati pernah menjadi manajer Timnas Indonesia selama empat bulan, yaitu sejak Agustus hingga 5 Desember 2012.
Jabatan itu hanya ia emban sebentar karena diberhentikan oleh Persatuan Seluruh Sepak Bola Indonesia (PSSI). (Tribunnews/TribunWiki)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.