Kiai di Jatim Sebut PKB adalah NU, Kalau Mau Menang Pemilu 2024 Warga Nahdliyin Harus Kompak
Para pimpinan NU dan juga anggotanya selalu menjaga kekompakan dalam memperjuangkan kepentingan politik NU terutama lewat PKB.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri Kiai Nurul Huda Jazuli menganggap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah partainya Nahdlatul Ulama (NU).
Karenanya, dia meminta warga nahdliyin atau NU kompak dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menurut Kiai Nurul Huda, para pimpinan NU dan juga anggotanya selalu menjaga kekompakan dalam memperjuangkan kepentingan politik NU terutama lewat PKB.
"Kalau sudah NU, menurut paham saya ya PKB. PKB adalah NU. Jangan sampai nanti pecah tidak kompak karena PKB adalah NU. Masyaallah semoga Allah memberikan pertolongan," kata Kiai Nurul Huda dalam Musyawarah Kiai Jawa Timur di Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, Jawa Timur, dikutip pada Sabtu (25/2/2023).
Baca juga: Projo Ingatkan MK Agar Tak Buat Keputusan yang Berpotensi Memicu Terjadinya Penundaan Pemilu
Menurutnya, perjuangan NU ke depan sangat berat dan penuh tantangan. Kalau tidak kompak, perjuangan NU tidak akan berhasil.
Dia berharap para pemangku pondok pesantren NU untuk selalu berada di garis terdepan dalam berjuang menjaga keutuhan dan kekompakan.
"Hakikatnya menurut saya sangat bagus kalau maasirol masyayih (semua ulama, kiai sepuh) memberikan tanda tangan dukungan yang harus dipertahankan sampai kemenangan berakhir. Itu menurut pendapat saya," ujarnya.
Dia mencontohkan jika pesantren-pesantren besar misalnya yang berada di Jawa Timur seperti Ponpes Lirboyo, Ploso, Dampit, Sidogiri dan lain sebagainya, para tokoh kiainya memberikan tanda tangan dukungan secara kompak maka hasilnya akan luar biasa.
Sebaliknya, jika para tokoh ulama, kiai pesantren sudah tidak memberikan dukungan maka tidak mungkin kemenangan bisa diraih.
"Maka kalau berkenan saya minta para kiai memberikan arahan, pejuang-pejuang annahdliyin kasarane seperti dukungan kepada Gus Muhaimin (Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin) yang sudah menyiapkan diri (maju sebagai capres) memberikan pernyataan dukungan," imbuh Kiai Nurul Huda.
Baca juga: Politikus PKB: Kepuasan Publik ke Jokowi Naik, Bukti Pemerintah Bisa Atasi Masalah
Kiai Nurul Huda juga menyinggung Pilgub Jawa Tengah di mana dirinya bersama para masyayih NU menyatakan dukungan kepada pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen.
"Alhamdulillah hasil pernyataan kulo sangat luar biasa. Seluruh santri Al Falah, alumni, kenalan semua mendukung," ungkap Kiai kharismatik NU.
Menurutnya, dukungan para kiai sepuh NU kepada Cak Imin menjadi sangat penting untuk memuluskan langkah Cak Imin meraih kemenangan.
"Jangan sampai NU terpegang orang lain. Gus Muhaimin jangan sampai ketinggalan sepur. Saya minta Mbah Yai jangan sampai menerima (permintaan dukungan) selain Gus Muhaimin. Itu permintaan saya sebab kiai itu tanggung jawabnya berat," ucapnya.
Hadir dalam Musyawarah Kiai Jawa Timur tersebut sejumlah ulama kharismatik NU se-Jatim, antara lain, KH Ali Masyhuri Sidoarjo, KH Anwar Iskandar Kediri, KH Fuad Nur Hasan Sidogiri, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, KH Abdul Adzim Kholili, KH Abdul Hannan Maksum, KH Abdurrohman Al Kautsar, KH Athoillah Anwar, KH Fahim Royani, KH Maksum Faqih.
Hadir pula KH Kholil Nawawie, KH Abdul Mughist, KH Abdus Salam Shohib, KH Ali Makki Zaini, KH Jazuli Nur, KH Makki Nasir dan ratusan kiai dan gawagis dari berbagai pesantren di Jawa Timur.
Dalam kesempatan itu, para kiai juga membacakan Risalah 99 Kiai Jawa Timur bertajuk 'Dari Jawa Timur Kami Memberangkatkan Gus Muhaimin'.
Dalam risalah tersebut, para kiai NU di Jawa Timur berkomitmen untuk memberangkatkan Cak Imin dari Bumi Jawa Timur untuk melanjutkan dan memperluas pengabdiannya bagi bangsa, negara, kemanusiaan dan agama, dengan secara langsung memegang tampuk kepemimpinan nasional.
Kedua, mendorong dan mengajak pihak-pihak yang terlibat atau memiliki keterkaitan dengan proses sirkulasi kepemimpinan nasional untuk menjadikan tekad dan komitmen para kiai ini sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam pengambilan keputusan politik.
Ketiga, mengajak masyarakat, terutama pihak-pihak yang memiliki harapan dan pandangan yang sama, untuk secara bersama-sama mengikhtiarkan terwujudnya niat mulia dengan langkah-langkah yang sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.