4 Temuan Penting Survei Indo Barometer Terbaru: Prabowo Unggul hingga Peluang PDIP Hattrick di 2024
Apa saja temuan seputar Pemilu 2024 yang diungkap Lembaga survei Indo Barometer lewat survei terbarunya yang dirilis Selasa kemarin?
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berikut ini empat temuan seputar Pemilu 2024 yang diungkap Lembaga survei Indo Barometer lewat survei terbarunya yang dirilis Selasa (21/3/2023).
Temuan-temuan ini disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari saat merilis hasil survei terbaru yang bertajuk 'Pemilu 2024: Konstelasi, Variabel, Penentu, dan Pemenangnya'.
Ia menjelaskan survei dilakukan mulai periode 12-24 Februari di 33 provinsi.
Apa saja temuan yang dirilis Indo Barometer?
1. PDIP berpotensi Memenangkan Pileg 2024
Dalam hasil temuannya itu, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengungkapkan bahwa PDIP berpotensi untuk kembali memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Dengan begitu, PDIP bakal menang pileg tiga kali berturut-turut atau hattrick.
Di mana dalam survei itu, PDIP menjadi partai politik yang paling banyak dipilih oleh responden dengan perolehan 20,1 persen, diikuti dengan Partai Gerindra dengan 11,9 persen.
"PDI Perjuangan berpeluang untuk hattrick juara pemilu legislatif karena suaranya konsisten peringkat satu," kata M Qodari saat menyampaikan hasil surveinya di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2023).
Baca juga: PDIP Potensi Hattrick Memenangkan Pileg 2024 versi Indo Barometer
Diurutan selanjutnya ditempati oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mendapatkan 8,7 persen, lalu Partai Golkar meraih 7,7 persen, dan Partai Demokrat mendapatkan 7,5 persen.
Kemudian di urutan 6 ke bawah ditempati oleh, Partai NasDem, disusul PKS, PPP, PAN, Perindo, Partai Ummat, Partai Buruh, Partai Hanura dan PSI,dengan perolehan di bawah 6 persen.
"Posisi di bawah PDIP masih sangat dinamis baik antara Gerindra, PKB, Golkar dan lain-lainnya," imbuh dia.
Berikut urutan posisi Parpol peserta Pileg 2024 menurut survei Indo Barometer:
1. PDIP (20,1 persen)
2. Gerindra (11,9 persen)
3. PKB (8,7 persen)
4. Golkar (7,7%)
5. Demokrat (7,5%)
6. Nasdem (6,0%)
7. PKS (5,8%)
8. PPP (2,4%)
9. PAN (1,7%)
10. Perindo (0,7%)
11. Partai Ummat (0,4%)
12. Partai Buruh (0,2%)
13. Hanura (0,2%)
14. PSI (0,2%)
15. Gelora (0,1%)
16. Rahasia (26,5%)
2. Prabowo Unggul "Head to Head" atas Ganjar dan Anies
Hasil survei Indo Barometer pada 12-24 Februari 2024 menunjukkan, elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto unggul dibandingkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan jika dihitung secara head to head.
"Ini surprise karena Pak Prabowo di tiga nama itu nomor dua, Ganjar nomor satu, tapi begitu head to head kok Pak Prabowo unggul?" kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari dalam konferensi pers di FX Sudirman, Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Dalam survei ini, Prabowo mengantongi elektabilitas sebesar 38,5 persen ketika melawan Ganjar yang mendapat elektabilitas 35,4 persen.
Kemudian, Prabowo juga unggul dari Anies dengan mengantongi elektabilitas sebesar 40,3 persen, sedangkan Anies 30,7 persen.
Sementara itu, ketika Ganjar dan Anies berhadapan, Ganjar punya elektabilitas 40,2 persen sedangkan Anies 38,1 persen.
Menurut Qodari, Prabowo dapat unggul secara head to head karena mendapat suara dari kelompok pendukung Presiden Joko Widodo maupun kelompok yang menolak Jokowi.
"Prabowo ini di tengah-tengah, sehingga (ketika calon) tinggal dua, Pak Prabowo itu dia dapat pemilih yang anti-Jokowi sekaligus yang dukung Jokowi, dapat dua-duanya, jadi ini untung besar Pak Prabowo ini," kata Qodari.
Sementara itu, dalam simulasi lima nama dan tiga nama, elektabilitas Prabowo justru berada di posisi kedua di bawah Ganjar.
Dalam simulasi dengan lima kandidat, Prabowo memperoleh elektabilitas sebesar 27,5 persen, tertinggal dari Ganjar yang punya elektabilitas 29,4 persen.
Sementara, elektabilitas nama lainnya berada di bawah Prabowo yakni Anies (23,9 persen), Puan Maharani (1,4 persen) dan Airlangga Hartarto (0,3 persen), sedangkan responden lainnya menjawab tidak memilih, rahasia, belum memutuskan, serta tidak tahu.
Qodari menjelaskan, lima nama itu dipilih untuk disurvei karena mereka lah yang mempunyai peluang maju sebagai calon presiden.
Puan, Airlangga, dan Prabowo dinilai berpeluang karena partainya mempunyai jumlah kursi yang cukup banyak.
Sedangkan Ganjar, Prabowo, dan Anies dipilih karena elektabilitasnya tinggi di berbagai lembaga survei.
Survei ini pun menanyakan kepada responden jika hanya tiga nama yang dapat dipilih sebagai presiden, yakni Anies, Ganjar, dan Prabowo.
Hasilnya, Ganjar kembali unggul dengan elektabilitas sebesar 36,1 persen, disusul oleh Prabowo (33,8 persen), dan Anies (30,1 persen).
Dalam simulasi ini, Indo Barometer mendistribusikan suara responden yang menjawab rahasia, tidak memilih, belum memutuskan, dan tidak tahu/tidak jawab.
"Karena pertarungannya ketat, saya haqqul yakin ini sulit satu putaran, pasti dua putaran," ujar Qodari.
Kendati Prabowo unggul secara head to head dalam survei ini, Qodari menegaskan bahwa hasil Pilpres 2024 belum bisa ditentukan saat ini karena dinamika politik masih berjalan.
"Siapa pemenangnya? Jawabannya enggak tahu. Bagaimana mau ngomong pemenang, calonnya saja belum jelas, luar biasa 2024 ini," kata dia.
Bila calon presiden yang maju adalah Anies, Ganjar, dan Prabowo, pemenangnya pun sulit ditebak karena elektabilitas mereka masih terpaut tipis.
3. Jokowi dan Megawati jadi tokoh kunci di Pilpres 2024
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan menjadi dua sosok yang menentukan konstalasi final untuk Pemilu 2024.
Di mana kata Qodari, kedua sosok tersebut yang akan menjadikan suatu titik terang bagi para koalisi terbentuk nantinya.
Terlebih saat ini kata dia, seluruh politisi dan partai politik masih menunggu pengumuman dari Megawati Soekarnoputri terkait sosok yang akan diusung oleh PDI-P.
"Dua penentu koalisi final, Megawati dan Joko Widodo. Semua politisi pada hari ini itu lagi nunggu bu mega. 'Bu siapa sih bu', 'siapa sih bu calonnya'," kata Qodari saat menyampaikan hasil survei terbaru dari Indo Barometer di Kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Pernyataan itu didasari karena menurut Qodari, selagi PDIP belum menyatakan dukungan kepada sosok untuk diusung sebagai Capres, maka susunan koalisi bersama pasangan capres-cawapres nya masih akan berubah.
"Silakan dibantah, tapi semua politisi, semua partai politik, semua tokih politik pada hari ini nungguin seorang ibu namanya Megawati Soekarnoputri. Kenapa? Kalo bu Mega belum ngambil keputusan ini susunan permainan bisa berubah," ujar dia.
Dirinya mencotohkan terkait dengan isu kalau Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang tertarik mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Kata dia, jika memang KIB bertekad untuk merebut Ganjar Pranowo dari PDIP sebagian capres maka seharusnya sudah dilakukan sejak koalisi itu terbentuk.
Namun, nyatanya, hingga kini KIB belum memiliki sosok capres yang akan diusung.
"Contoh, apakah berani KIB mengajukan Ganjar Pranowo di saat PDIP, di saat bu Mega belum menetapkan Ganjar sebagai capres? Menurut saya tidak. Kenapa? Pertama, kalo berani udah dari kemarin-kemarin," kata dia.
Alasan keduanya, jika memang KIB tetap mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres namun tanpa seizin dari PDIP maka Megawati akan marah.
Baca juga: Ada Parpol Anggota Koalisi Perubahan Belum Tandatangan Piagam Bersama, NasDem Enggan Berkomentar
Malah kata Qodari, kemungkinan besar Megawati akan mengusung nama lain dari PDIP.
"Begitu KIB mengajukan calon Ganjar Pranowo tanpa persetujuan tanpa dukungan bu Mega dan Ganjar nya mengamini, ganjarnya setuju, bu Mega nya marah dan mengajukan calon yang lain. Bu Mega nya mengajukan calon yang lain, katakanlah Puan Maharani," ucap dia.
Sementara dari sosok Jokowi, Qodari menyatakan kalau Presiden RI itu bakal menjadi penentu koalisi karena sebagian Ketua Umum Partai Politik di parlemen saat ini berada di Kabinet Indonesia Maju.
Dalam artian kata dia, sebagian besar Partai Politik bakal meneruskan apa yang menjadi program keberlanjutan dari program kerja Jokowi.
"Pak Jokowi juga sangat menentukan, kenapa, karena sebagian ketua umum ada dalam kabinet, dalam konteks keberlanjutan program kerja dan pembangunan tentunya preverensi pak Jokowi menjadi pertimbangan para kerua partai dalam pertimbangan menentukan capres mereka," tukas dia.
4. Poros mana saja yang akan bertarung di 2024?
Berbicara mengenai peta koalisi, M Qodari menilai, PDI Perjuangan lebih berpotensi bergabung ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Alasannya, KIB satu-satunya koalisi yang belum memiliki calon presiden.
"PDI Perjuangan mungkinnya bergabung dengan Golkar, PAN, PPP atau Gerindra PKB, tetapi saya cenderung melihat kemungkinannya ada di KIB, kenapa? sampai hari ini capresnya KIB masih kosong," ujarnya.
Sementara, untuk koalisi Perubahan yakni NasDem, PKS, Demokrat sudah ada Anies Baswedan.
Di "seberang", Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), sudah ada nama Prabowo Subianto.
Dikatakannya, jika PDIP merapat ke KIB maka koalisi itu setara dengan 276 kursi DPR.
Hal ini sudah jauh melebihi syarat presidential threshold 20 persen atau setara 115 kursi DPR sebagai syarat mengajukan capres.
Peta poros politik
a. Jika terjadi 4 poros saat ini:
- NasDem, Demokrat, PKS = 163 kursi DPR
- Golkar, PAN, PPP = 148 kursi DPR
- Gerindra, PKB = 136 kursi DPR
- PDIP = 128 kursi DPR
b. Jika 3 poros:
- PDIP, Golkar, PAN, PPP = 276 kursi DPR
- NasDem, Demokrat, PKS = 163 kursi DPR
- Gerindra, PKB = 136 kursi DPR