Respons Golkar dan PAN soal PPP Ingin KIB Berpisah Baik-baik jika Beda Dukungan Capres-Cawapres
Begini respons Golkar dan PAN terkait pernyataan PPP yang ingin KIB dapat berpisah dengan cara baik-baik jika ada perbedaan dukungan capres-cawapres.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Tiara Shelavie
Selain itu, Ujang menilai komunikasi antara Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, dengan Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menjadi indikasi lain terkait perpecahan di tubuh KIB.
Seperti diketahui, dalam podcast Akbar Faizal Uncensored, Cak Imin mengungkapkan KIB sudah bubar dan Golkar ingin bergabung ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang beranggotakan PKB dan Gerindra.
Bahkan, Cak Imin menyebut Airlangga sudah berkomunikasi agar menjadi cawapres dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Kakinya sudah patah, sayapnya sudah patah, jadi saya anggap KIB partai yang menurut saya dibilang bubar atau ya setengah bubar," jelasnya.
Di sisi lain, Ujang menilai PAN adalah partai yang realistis sehingga partai yang diketuai Zulkifli Hasan ini tetap masuk dalam koalisi pemerintahan.
Dia pun meyakini PAN akan berkoalisi antara partai pendukung Ganjar ataupun Prabowo sebagai capres.
"Jadi saya melihat soal PAN, bisa ke Ganjar atau ke Prabowo. Kita tunggu minggu depan akan mengumumkan dukungan tersebut," ujarnya.
Lalu, ketika ditanya apakah PAN ada kemungkinan masuk ke Koalisi Perubahan, Ujang mengatakan tidak mungkin.
Baca juga: PPP Pastikan KIB Bubar Bila Capres dan Cawapres Beda dengan PAN-Golkar
Hal tersebut diketahuinya ketika menjadi narasumber bersama Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, di salah satu stasiun televisi swasta.
Pada momen tersebut, kata Ujang, Viva mengatakan PAN hanya akan bergabung dengan koalisi pemerintah.
"PAN akan ke Koalisi Perubahan sepertinya tidak mungkin karena konstruksi politiknya bukan seperti itu."
"Dia (Viva) mengatakan PAN itu berkoalisi dengan partai-partai koalisi pemerintah, kok. Sangat jelas."
"Jadi kalau mendukung Koalisi Perubahan kan tidak mungkin karena oposisi. Jadi tidak mungkin," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pemilu 2024