Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yenny Wahid Tak Mau Jadi Cawapres Anies, Pengamat: Dia Sangat Dipertimbangkan NasDem

Ujang Komarudin angkat bicara soal keputusan Yenny Wahid tak mau menjadi cawapres Anies Baswedan di 2024.

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Yenny Wahid Tak Mau Jadi Cawapres Anies, Pengamat: Dia Sangat Dipertimbangkan NasDem
Tribunnews.com
Yenny Wahid disebut cukup untuk menambal kelemahan Anies Baswedan untuk menarik suara dari kalangan NU 

Kemudian Yenny menyebutkan bahwa dirinya justru mendukung Agus Harimurti Yudhoyono menjadi pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.

"Justru saya mendukung Mas AHY jadi cawapres Mas Anies," sambungnya.

Yenny lalu berikan teguran bahwa belum apa-apa dirinya sudah ditolak terlebih dahulu.

"Kalau situ belum apa-apa sudah menolak saya, pas bosmu butuh dukungan, saya emoh lho," tegasnya.

Adapun sebelumnya Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengukapkan bahwa Yenny Wahid bagus.

Meski begitu ia menyebutkan Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu tidak cocok atau pas menjadi cawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

“Mbak Yenny buat saya bagus. Bahkan lengkap sekali dengan segala atribusi yg melekat dalam diri beliau. Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yang lain," kata Jansen dalam cuitannya di Twitter dikutip Jumat (11/8/2023).

BERITA TERKAIT

Ia melanjutkan karena jika koalisi ini menang, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin diubah. Dan idealnya cawapres perubahan ini memang yang selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu.

"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Dimana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya," sambungnya.

Wasekjen Partai Demokrat itu melanjutkan tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan. Apalagi dia tokoh “status quo” atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini.

"Tentu jikapun saya misalnya jadi pak Jokowi termasuk para pendukung rezim ini, pasti akan tidak sukalah, 'Anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi,'" tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas