Satrio Arismunandar Klaim Pegang Dokumen Kegiatan Sejumlah LSM AS Cawe-Cawe Dalam Pilpres 2024
Wartawan Senior Satrio Arismunandar, mengklaim telah memiliki dokumen-dokumen yang menunjukan kegiatan sejumlah Amerika Serikat (AS) cawe cawe di Pemi
Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wartawan Senior Satrio Arismunandar, mengklaim telah memiliki dokumen-dokumen yang menunjukan kegiatan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Amerika Serikat (AS) yang melakukan intervensi (cawe-cawe) dalam Pemilu 2024.
Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tersebut mengatakan dokumen atau informasi yang dipegangnya tersebut juga cocok dengan informasi yang disampaikan dalam artikel berjudul "Leaked: CIA Front Preparing Color Revolution in Indonesia” yang dimuat mintpressnews.com pada 6 September 2023.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Seminar Politik bertema "Mewaspadai Keterlibatan LSM Amerika, NED dan IRI, yang mencampuri Pemilu/Pilpres 2024" di Jakarta pada Minggu (17/9/2023).
"Apa yang saya kutip dari media investigatif Amerika ini (mintpressnews.com), ternyata nyambung dengan dokumen-dokumen yang saya peroleh sendiri," kata Satrio.
"Jadi memang saya mendapat dokumen-dokumen yang sama, saya lihat isinya nyambung. Di situ ada pertemuan antara Staf Kedutaan Amerika dengan misalnya ada IRI, IFES," sambung dia.
Pemimpin Redaksi media online OrbitIndonesia.com itu juga mengatakan dokumen dan informasi yang dia dapatkan tersebut menunjukkan kegiatan sejumlah LSM AS yang melakukan intervensi atau cawe-cawe dalam Pemilu 2024.
Dalam dokumen tersebut, kata dia, dibahas di antaranya LSM-LSM AS melakukan upaya baik itu pendekatan, pengkaderan, maupun lobi dengan kekuatan politik di Indonesia terutana LSM di Indonesia untuk mengamankan kepentingan nasional AS dalam jangka panjang.
Selain itu, kata dia, dalam dokumen tersebut juga menunjukkan secara rinci baik waktu, tempat, nama orang, jabatan, dan hasil pertemuan tersebut.
"Saya mendapat bocoran, informasi, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kegiatan sejumlah LSM Amerika sebut saja misalnya IRI dan ada beberapa LSM-LSM lain yang kalau pakai bahasa Pak Jokowi, cawe-cawe dalam Pemilu atau Pilpres 2024," kata dia.
Menanggapi respons Kedutaan AS yang menyebut artikel berjudul "Leaked: CIA Front Preparing Color Revolution in Indonesia” yang dimuat mintpressnews.com pada 6 September 2023 itu hoaks, Satrio mengatakan hal tersebut merupakan hak dari Kedutaan AS.
Namun demikian, menurutnya baik artikel tsrsebut maupun dokumen yang dimilikinya bukan hoaks.
Salah satu alasannya, media yang menerbitkan tulisan tersebut bukan media sembarangan.
Selain itu, ia belum mendengar adanya gugatan dari pemerintah AS terhadap penulis artikel tersebut sampai saat ini.
"Kalau dibilang itu hoaks, nanti dulu. Itu kan pendapat dia. Sedangkan menurut pendapat saya, itu kok bukan hoaks. Bagi pihak-pihak yang penasaran, saya juga kasih datanya, silakan saja nanti publik yang menilai apakah data ini hoaks apa tidak," kata Satrio.
Baca juga: Beredar Dokumen Ada Operasi CIA di RI Jelang Pemilu 2024, Jubir Kedubes AS: Itu Hoax
"Tapi sejauh yang saya lihat dan kalau kita melihat background tadi, artinya memang ada latar belakang yang memang memperkuat, mendukung, bahwa campur tangan (AS dalam Pemilu) itu memang ada dan bukan baru sekarang. Dari dulu. Sekarang ini adalah penegasan karena ada laporan media," sambung dia.
Respons Kedutaan Besar AS di Jakarta
Juru Bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta Michael Quinlan sebelumnya memastikan AS tidak pernah ikut campur dalam urusan pemilihan umum (pemilu) 2024 di Indonesia.
Hal itu disampaikannya merespons beredarnya dokumen CIA di RI jelang Pemilu 2024 terkait revolusi warna.
Selain itu, Kedubes AS pun menyebut info tersebut adalah kabar bohong atau hoax.
"Ini adalah berita palsu (hoaks). Amerika Serikat tidak memihak dalam pemilu," kata Quinlan kepada Tribunnews.com pada Senin (11/9/2023).
Quinlan mengatakan sebagai negara yang memiliki kesamaan dengan Indonesia yakni sama-sama menjalankan demokrasi maka pemilihan umum diharapkan bebas dan adil.
Pihaknya meminta agar informasi yang dinilainya tidak bisa dipertanggungjawabkan itu tidak dipercaya.
"Satu-satunya hal yang penting bagi kami adalah proses pemilu yang bebas dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Kami menyangkal komentar yang tidak bertanggung jawab dan tidak berdasar yang menyatakan sebaliknya," kata dia.
Revolusi Warna
Sebelumnya telah beredar sebuah dokumen yang disebut mengungkap rencana badan intelijen Amerika Serikat (CIA) tengah mempersiapkan revolusi warna di Indonesia.
Revolusi warna sering digunakan untuk menggambarkan operasi intelijen AS dalam membangun demokrasi liberal di negara lain, termasuk dengan menggulingkan rezim.
Banyak laporan menyebut, termasuk artikel Kedubes China di Indonesia, revolusi warna disiapkan oleh CIA melalui National Endowment for Democracy (NED) untuk mencampuri Pemilu 2024.
NED merupakan Non Goverment Organization (NGO) atau LSM swasta yang disinyalir mendapat pendanaan dari pemerintah AS dan disebut-sebut menjadi “front CIA” untuk melakukan revolusi warna.
Situs Kedubes China di Jakarta juga menyebut NED, sebagai salah satu “prajurit”, “sarung tangan putih” dan “pejuang demokrasi” utama pemerintah AS, menumbangkan pemerintah yang sah dan mengembangkan kekuatan boneka pro-AS di seluruh dunia atas nama “mempromosikan demokrasi”.
Disebutkan, NED beroperasi di lebih dari 100 negara dan menyalurkan lebih dari 2.000 hibah setiap tahun.
Organisasi tersebut disebut kerap memberikan hibah untuk membiayai revolusi di berbagai negara untuk mencapai tujuannya.
Dalam artikel berjudul "Leaked: CIA Front Preparing Color Revolution in Indonesia” yang dimuat mintpressnews.com, 6 September 2023, disebutkan NED tengah memperluas aliran dana hibahnya ke berbagai LSM, kelompok sipil penting, partai politik di Indonesia hingga kandidat untuk Pemilu 2024.
Baca juga: Beredar Dokumen yang Ungkap Operasi CIA di Indonesia Jelang Pemilu 2024: Siapkan Revolusi Warna
Artikel itu juga menuliskan bahwa dugaan "bermainnya" NED juga terungkap dalam laporan mingguan yang dikirim International Republican Institute (IRI) Indonesia ke kantor pusatnya di Washington pada Juni, Juli, dan Agustus 2023.
Selain itu, disebutkan pula cawe-cawe AS terhadap pilpres.
Dalam artikel dituliskan ada dokumen yang menujukkan pertemuan perwakilan IRI dengan pejabat tinggi Kedutaan Besar AS di Jakarta, Ted Meinhover.
Dalam pertemuan itu, Meinhover disebut menyampaikan kekhawatiran Washington terkait elektabilitas Prabowo Subianto yang meningkat secara dramatis dan menyoroti soal elektabilitas Anies Baswedan yang menurun.
Di akhir laporannya, penulis artikel tersebut, Kit Klarenberg, mengatakan dari sudut pandang Washington penting memastikan terbentuknya pemerintahan yang patuh di Indonesia tidak dapat disepelekan.