Ganjar Akui Indonesia Banyak Masalah, Anies Mau Miskinkan Koruptor, Ini Perbandingan Gagasan Mereka
Ganjar dan Anies telah menyampaikan gagasan besar mereka di depan Civitas Akademika UI, Apa saja yang dinilai penting oleh kedua bacapres ini?
Penulis: Malvyandie Haryadi
"Praktik-praktik korupsi seringkali terjadi karena faktor kebutuhan, keserakahan, dan sistem," ujarnya.
Ia kemudian mencontohkan, korupsi disebabkan karena kebutuhan, yakni karena gaji yang hanya cukup untuk waktu 15 hari.
"Karena gajinya hanya cukup untuk hidup 15 hari. Terus 15 (hari) berikutnya apa? Sistem remunerasi yang diperbaiki," katanya.
Sementara korupsi karena keserakahan, Anies menekankan pentingnya hukuman yang menjerakan bagi koruptor.
Dia menilai hukuman yang menjerakan bisa meredam keserakahan dan menimbulkan rasa takut bila melakukan korupsi.
"Apa hukuman paling menjerakan dalam praktik korupsi? Dimiskinkan, dimiskinkan, diambil hartanya, disita hartanya karena itu yang paling ditakuti oleh semua koruptor," ujar Anies.
Ia juga meminta agar perbaiki sistem-sistem yang ada untuk menuntaskan masalah korupsi.
"Jadi membereskan soal korupsi kami melihat ada tiga akar yang harus dibereskan di situ. Tidak hanya soal penangkapan, tidak hanya soal kalimat pencegahan tapi akar masalahnya need, greed sama sistem. Kalau itu kita tangani Insya Allah bisa," imbuhnya.
Pada pembahasan lain, Anies Baswedan mengapresiasi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang menjadi pemersatu dan kekuatan tersendiri.
"Bahasa yang disepakati Melayu kepulauan, yang disebut sekarang Bahasa Indonesia, diperkaya dengan seluruh bahasa dari berbagai daerah, sehingga sekarang menjadi Bahasa Indonesia,” kata Anies.
Ia membandingkan kondisi ini dengan di Uni Eropa, yang terdapat sekitar 28 negara, memiliki 23 bahasa resmi, tetapi tidak memiliki bahasa nasional.
"Akhirnya ketika rapat di parlemen Eropa menggunakan alat penerjemah. Mereka semua pasang headset di kepalanya masing-masing," ujar Anies Baswedan.
Menurutnya, dengan tidak adanya bahasa nasional atau bahasa persatuan, negara tersebut tidak memiliki kekuatan militer yang hebat.
"Karena tidak mungkin mungkin komandan sama pasukan pakai penerjemah untuk operasinya," tegas Anies.
Singgung soal Konoha dan Wakanda
Selain soal korupsi dan bahsa nasional, Anies Baswedan juga menyinggung fenomena-fenomena masyarakat dalam menyampaikan kritikan.
"Kita semua bisa saksikan di media sosial banyak sekali yang kalau mau nulis itu nyebutnya Konoha, Wakanda. Apa artinya? Ini menunjukan ada self sensorsip," ujarnya.
"Ini tanda-tanda (demokrasi) yang tidak sehat," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Dia menjelaskan ada dua sistem di dunia, yakni demokratik dan non demokratik.
"Non demokratik pilarnya adalah fear rasa takut, yang demokratik pilarnya adalah trust," ucap Anies.
Anies menegaskan sistem demokratik mengandalkan keterbukaan, kebebasan dan di bawahnya ada pilar kepercayaan.
"Non demokrasi, dia mengandalkan rasa takut, karena itu perhatikan rezim-rezim otoriter pasti mengandalkan rasa takut untuk menjalankan kekuasaannya, begitu rasa takut itu hilang rezimnya tumbang," ungkapnya.
Karenanya, dia mendorong agar demokrasi yang menimbulkan rasa ketakutan dihilangkan.
"Saat ini adalah banyak warga yang menggunakan kata Konoha dan Wakanda untuk menyampaikan kritik. Ini adalah salah satu masalah."
"Kebebasan berbicara harus menjadi prioritas yang kita bereskan dalam 24 tahun ke depan, harus," imbuh Anies.
Poin-poin pidato Anies Baswedan
- Tata kelola pemerintahan yang baik akan terwujud bila terbebas dari praktik korupsi
- Hukuman yang keras terhadap koruptor bisa meredam keserakahan dan menimbulkan rasa takut bila melakukan korupsi
- Puji bahasa nasional yang dimiliki bangsa Indonesia
- Singgung soal Konoha dan Wakanda sebagai fenomena demokrasi yang tidak sehat