PAN Sebut Politik Saat Ini Penuh Drama Melankolis
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengakui dunia politik tanah air penuh drama yang melankolis.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengakui dunia politik tanah air penuh drama yang melankolis.
Hal ini tak lepas karena adanya faktor ambang batas atau presidential threshold (PT) pencalonan presiden dan wakil presiden sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 7/2017 tentang Pemilihan Umum.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri diskusi yang diadakan di Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Jakarta Timur, Rabu (27/9/2023).
“Akibat UU 7 2017 pasal 222 tentang PT sehingga proses pencalonan capres cawapres yang diusung parpol atau gabungan parpol yang memenuhi syarat PT 20 persen kursi, 20 persen DPR RI atau 25 persen suara sah nasional bagi parpol yang lolos parlemen,” jelas Viva.
“Inilah akibatnya, jadi sangat dinamis dan terkadang penuh drama yang melankolis,” lanjut dia.
Baca juga: Anies Siap Tarung Jika Pilpres Cuma 2 Paslon, Apa Benar Mustahil Gabungkan Prabowo dengan Ganjar?
Lebih lanjut PT ini disebut Viva menjadi faktor dari sulitnya untuk berkompetisi menjadi calon presiden. Pihaknya jadi merasakan banyak lika-liku yang dihadapi.
“Menjadi capres di Indonesia itu membutuhkan kekuatan yang sangat luar biasa karena berjalan di atas lika-liku, banyak kelokan,” tuturnya
“Pertama harus diusung parpol yang lolos PT 4 persen di DPR. Bagi parpol yang ikut pemilu sebelumnya, apabila tidak dapat kursi di Senayan bisa mengusung tapi KPU tak bisa menerima, hanya ikut tim hore saja. Kedua, harus didukung oleh parpol atau gabungan parpol yang memenuhi syarat PT kursi DPR RI,” sambung Viva.
Lebih lanjut, Viva berpendapat harusnya ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden ditiadakan.
Jika hendak diterapkan, cukup menggunakan ambang batas elektoral 4 persen saja.
Baca juga: Puan: 2 Poros Pilpres 2024 Bukan Sesuatu yang Tidak Mungkin
“Kami dulu selalu mengatakan tidak ada presidential threshold 20 persen, cukup saja kalau ada ambang batas pakai ambang batas elektoral yakni 4 persen,” ujarnya.
Dengan adanya PT, hal itu disebut Viva justru akan menutup peluang tumbuhnya tunas muda yang bisa menjadi pemimpin bangsa.
“Kalau 20 persen maka teorinya akan menutup peluang tumbuhnya tunas muda yang bisa mimpin bangsa ini,” tutur Viva.