Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Panda Nababan Pertanyakan Etika Anak dan Mantu Jokowi: Datang Tampak Muka, Pulang Tampak Punggung.

Jika Gibran dan Bobby punya jiwa ksatria, maka seharusnya mereka lantang menyatakan sikapnya secara terbuka.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Panda Nababan Pertanyakan Etika Anak dan Mantu Jokowi: Datang Tampak Muka, Pulang Tampak Punggung.
TRIBUNNEWS/REZA ARIEF
Politisi senior sekaligus salah satu pendiri PDI Perjuangan Pandapotan Maruli Asi Nababan atau akrab disapa Panda Nababan saat diwawancarai secara khusus oleh Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domu D Ambarita di Studio Newsroom Tribun Network, Jakarta, Senin (6/11/2023). Dalam wawancaranya, Panda Nababan heran dengan pernyataan miring soal petugas partai. Menurutnya, petugas partai adalah jabatan paling terhormat. TRIBUNNEWS/REZA ARIEF 

Berikut petikan wawancara dengan Putra Nababan terkait Presiden Jokowi yang meninggalkan PDIP serta menepis anggapan soal PDIP tak hormat ke Jokowi:

Tadi Bobby, menantu Presiden dipanggil ke DPP PDIP karena menyatakan dukungan ke Prabowo-Gibran. Berarti dia berbeda dengan keputusan Partai memajukan Ganjar. Apa ini secara total keluarga Pak Jokowi meninggalkan PDIP?

Saya lihat ya, tidak begitu penting meninggalkan-ditinggalkan. Pak Jokowi ngomong di DPR, tanggal 16 Agustus, pidato kenegaraan, berpolitik dengan Budi Pekerti, aku terharu itu, berbudi pekerti.

Nah, budi pekerti itu apa, ada tata krama, ada sopan santun, ada etika.

Apakah yang dilakukan Gibran dan Bobby ini, ada etika? Viral saya mendukung Ganjar jadi Presiden, sukseskan Pilpres. Bobby juga dari Medan begitu. Ya kalau pemahaman saya dan betul-betul jantan, betul-betul satria, dia ngomong.

‘Hai Rakyat, aku sudah berubah. Sekarang tidak lagi ke Ganjar’, jangan main teka-teki, petak umpet, kemudian masyarakat berkesimpulan, jangan gitu loh. Ada etikanya, jadi sama yang dibilang oleh Rudy, dia waktu maju jadi walikota, dia datang ambil partai, dia datang ngambil KTA, Bobby juga mau, balikin dong. Dateng dong antar, datang tampak muka, pulang tampak punggung, itu etika.

Nah kemudian terus terang yang saya sedih, pemahaman terhadap partai ini diputarbalikan.

Maksudnya?

Diputarbalikan, disalah artika kemudian seakan-akan partai ini adalah partai yang tidak ada nilai, tidak ada harga. Jadi dia diusung oleh partai.

Berita Rekomendasi

Pengalaman saya waktu kampanye Jokowi di Sumut, saya Ketua DPD PDIP Sumut, pada 2014 itu.

Saya bawa Jokowi ke Binjai, Langkat, saya bawa ke Deli Serdang, saya kenalkan dia disana, saya bikin podium pinjam aula sekolah, bawa dia saya bawa, itu kan saya mengenalkan dia. Sampai orang mengerti ‘Oh ini Jokowi yang mau jadi presiden’,.

Bisa bayangkan ga kemudian sekadang ngomong, sama dengan anaknya, Mas Gibran. Ga ada karpet merah, tidak ada pakai ini, partai-partai, tidak ada. Kita semua kan karena rakyat. ‘Rakyat da memilih’, itulah demokrasi. Kita pun terharu kan.

Ngapain juga dulu kita bawa-bawa ke Binjai, ngapain lagi.

Tapi kan semua ini, rakyat ada di bilik suara?

Bukan dibilik suara dia bilang, bahwa tidak ada cerita di partai, yang ada rakyat. Gitu loh.

Saya mau bilang, rakyat itu kan setelah di bilik suara, tapi sebelum di bilik suara kan di bawah partai toh?

Cuman maksud aku, kalau sampai Gibran ngomong tapi Jokowi ngomong, tidak ada urusan dengan endorsmen, dukungan dari partai, karena apa, itu karena rakyat. ‘Rakyat lah yang memilih’, ‘rakyat lah yang menentukan, itulah demokrasi’. Coba bayangkan, apa itu pembodohan, manipulasi, apa mendeskreditkan, jutaan loh rakyat Indonesia yang ada di PDIP, disakiti hatinya begitu, direndah- rendahkan, saya pikir bukan asli karakter Jokowi itu. Aku tau dia mencintai rakyat, sering ketemu dengan rakyat, kenapa begitu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas