Hasil Survei Terbaru Indikator Ungkap Dampak Isu Politik Dinasti Terhadap Dukungan Capres-Cawapres
Survei Indikator Politik Indonesia terbaru mengungkap dampak isu politik dinasti terhadap dukungan calon presiden dan wakil presiden.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
![Hasil Survei Terbaru Indikator Ungkap Dampak Isu Politik Dinasti Terhadap Dukungan Capres-Cawapres](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/tiga-pasangan-capres-cawapres-2024-prabowo-gibran-ganjar-mahfud-anies-cak-imin.jpg)
Selain itu, ia memandang hal tersebut menjadi tantangan, karena ada semacam aliran (wacana) yang terhambat di level kritis dengan di level masyarakat kebanyakan.
Dengan demikian, kata dia, hal tersebut menjadi tantangan khususnya mereka yang menaruh perhatian pada demokrasi.
"Walaupun dalam demokrasi semua orang punya hak untuk memilih dan dipilih. Termasuk misalnya Mas Gibran dan juga termasuk juga Putra Pak Jokowi, tentunya sebagai orang tua tentu juga ingin anaknya juga diberikan hak untuk memilih dan dipilih," kata dia.
"Tapi dalam catatan-catatan tertentu, tentu efek-efek negatifnya itu juga menjadi diskusi yang menarik buat kita. Tapi sekali lagi itu tidak berimbas ke masyarakat. Ini menjadi catatan buat semua di kelompok kritis yang selama ini mempersoalkan terkait putusan MK maupun politik dinasti," sambung dia
PDIP Ragukan Survei
Anggota DPR RI Fraksi PDI-P Masinton Pasaribu meragukan hasil survei tersebut.
Keraguan tersebut diungkapkan Masinton karena menurutnya survei tersebut tidak dapat memotret secara utuh.
Dalam hal ini ia menyoroti gejolak di internal Prabowo berdasarkan salah satu media massa yang mengungkapkan adanya kekhawatiran jika dukungan terhadap Prabowo dari masyarakat akan turun jika dipasangkan dengan Gibran setelah putusan Mahkamah Konstitusi yang membuat Gibran bisa mengikuti kontestasi Pilpres sebhai cawapres Prabowo.
"Karena kalau kita lihat pasca putusan MK itu ada terjadi penurunan. Kemudian deklarasi Pak Prabowo berpasangan dengan Putra Presiden juga diundur, sampai melakulan konsultasi-konsultasi sehingga semua bisa berterima baru kemudian dideclare," kata dia.
Ia pun meragukan survei tersebut mampu memotret suasana kebatinan masyarakat yang sesungguhnya pada saat mereka tahu bahwa Ketua MK adalah paman dari salah satu kandidat calon wakil presiden.
Menurutnya, hal tersebut juga punya dampak.
"Apalagi setelah putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi yang sudah memutuskan Ketua MK melanggar Kode Etik Berat. Tentu ini juga akan mempengaruhi persepsi-persepsi publik," kata dia.
"Karena kalau saya turun ke bawah, masyarakat yang saya temui itu bukan hanya pemilih PDIP. Tapi ada dari pemilih ketika 2019 lalu Pak Jokowi, dan itu pun kaget, kok gini? Apakah hal-hal begini itu tidak terpotret secara umum? Tapi ya tentu dengan responden 1.220 belum bisa memotret itu secara utuh," sambung dia.
Tapi yang saya tangkap dari suasana kebatinan masyarakat ada hal yang terluka dari masyarakat itu tentang putusan MK itu. Terlepas tadi sudah disampaikan beberapa surveinya.
Masinton mengatakan baginya, saat ini situasi politik masih sangat dinamis.
Selain itu, kata dia, dari beberapa survei dilakukan internalnya menunjukkan tren dukungan terhadap Ganjar justru mengalami peningkatan.
Ia mengaku yakin jika pemilu berlangsung secara jujur dan dikawal bersama-sama maka Ganjar dan Mahfud bisa unggul dalam satu putaran.
"Jadi kami sangat optimis karena kerja-kerja politik kami adalah mengajak masyarakat untuk memenangkan Pak Ganjar dan Pak Mahfud itu untuk satu putaran. Tentu ini harus kita kawal semua ini proses politik Pemilu 2024 ini agae bisa melahirkan kepemimpinan yang legitimate," kata dia.
"Tentu harus dengan pemilu yang bisa terselenggara dengan jujur, adil, dan hasilnya bisa terpercaya. Tentu kerja-kerja kami, dari PDIP fokus untuk memenangkan Pak Ganjar dan Prof Mahfud dan juga dengan elemen-elemen partai lainnya maupun relawan dan elemen organisasi-organisasi lainnya," sambung dia.
PSI: Pemilih Semakin Cerdas
Wakil Ketua Dewan Pembina PSSI Grace Natalie survei tersebut dan meyakini survei tersebut mampu merepresentasikan populasi apabila dilakukan dengan metodologi yang benar meskipun sampel respondennya hanya 1.220 orang.
Grace mengatakan survei tersebut justru menunjukkan pemilih semakin cerdas dan mampu melihat bahwa saat ini para pihak sedang ada di dalam kontestasi atau perlombaan.
Dengan demikian, kata dia, manuver dari semua peserta harus dibaca sebagai upaya untuk memenangkan perlombaan.
"Jadi ternyata isu-isu yang kerap dimainkan oleh kubu tertentu terkait dengan isu dinasti, isu mengubah memainkan undang-undang, sampai isu pengkhianatan itu sudah bisa dibaca oleh pemilih, masyarakat, bahwa ini adalah bagian dari upaya para kontestan untuk memenangkan pertandingan," kata dia.
Menurutnya, isu dinasti politik maupun isu pengkhianatan justru tidak membawa hasil yang diinginkan oleh pihak-pihak yang melemparkan isu.
Para pihak tersebut, menurutnya gagal menggiring opini publik sehingga kepercayaan publik pada pasangan Prabowo-Gibran turun.
"Bahkan bisa dikatakan malah backfire, menembah kaki sendiri. Justru pihak-pihak yang melemparkan isu, sehari-hari ini kalau dipotret dengan survei malah mengalami penurunan dukungan," kata dia.
"Dan yang menikmati kenaikan justru pasangan Mas Anies dan Cak Imin yang duduk tenang-tenang melihat drama sinetron ini bermain," sambung dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.