Anies Baswedan Soroti Proses Transisi ke Energi Terbarukan yang Tak Sederhana
Dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen di tahun 2060 sudah mencapai net zero emisson.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, menyoroti proses transisi ke energi baru terbarukan (EBT) yang disebut tidak sederhana.
Hal itu ia sampaikan usai melakukan diskusi dengan Indonesia Clean Energy Forum dan Bimasena yang dipimpin Bambang Brodjonegoro.
Anies mengatakan, proses transisi ini tidak sederhana, apalagi ini menyangkut dengan kebutuhan energi jangka pendek.
Baca juga: Pemerintah Sebut Potensi EBT Berlimpah, Tapi Lokasinya Jauh dari Pusat Demand
Hingga sekarang, Anies mengatakan sumber energi masih dipasok dengan sumber-sumber yang belum terbarukan.
Adapun saat ini Indonesia sudah memiliki komitmen di dunia internasional terkait dengan transisi energi, salah satunya Paris Agreement.
Dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen di tahun 2060 sudah mencapai net zero emisson.
Kemudian pada perhelatan G20 tahun lalu, Indonesia juga memiliki komitmen untuk menerapkan Just Energy Transition Partnership (JETP).
JETP disebut Anies memiliki target-target yang cukup ambisius dan tidak sederhana.
"Jadi kami sampaikan tadi bahwa ke depan kita perlu menyusun strategi ini bersama-sama untuk kita bisa ketemu dengan rumus rutenya," kata Anies ketika ditemui di kawasan Darmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023) malam.
Menurut Anies, pihak-pihak yang harus dilibatkan dalam penyusunan strategi adalah pelaku usaha, penyusun kebijakan, ahli yang menyampaikan studi komparasi, dan juga unsur masyarakat.
Ia kemudian menyebutkan bahwa sampai sekarang, capaian transisi energi RI masih di bawah target. Contohnya adalah target bauran EBT pada 2025.
Tahun lalu, target bauran EBT sebenarnya sebesar 15 persen, tetapi hanya tercapai 12 persen dan bahan-bahan fosilnya masih 88 persen.
Sementara pada 2025, Indonesia menargetkan 23 persen bauran EBT dan 77 persen fosil. "Sulit rasanya untuk kita mencapai ke sana," ujar Anies.
Idealnya, menurut dia, RI tidak mengejar target tersebut secara last minute alias mepet di menit-menit terakhir.
Dia bilang, target bauran energi 23 persen sebesar itu seharusnya dilakukan pelan-pelan, baru kemudian nanti bisa tercapai.
"Tapi kalau kita lambat, terus sekarang sudah tinggal 3 tahun dikebut mengejar ketertinggalan 11 persen, enggak gampang lah," ujar Anies.
Ia mengatakan, target untuk bauran EBT tak masalah berada pada angka yang tinggi, asalkan dikerjakan secara konsisten.
"Jadi tantangan kita di situ. Seringkali kita rileks mau ngejar di ujung. Kalau untuk ini enggak bisa dikerjakan di ujung, harus dikerjakannya dari awal," tutur Anies.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia