Janji Kampanye Bansos Dinilai Pengamat Politik Tidak Etis dan Tidak Mendidik
Capres dan Cawapres yang berani menjanjikan Bansos, diminta untuk mencari dulu akar masalahnya sehingga tidak menjadi ketergantungan
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Isu bantuan sosial (bansos) pemerintah di tengah pemilu yang dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan elektoral memicu respons beberapa pengamat politik. Peneliti senior BRIN Prof. Lili Romli menilai kampanye seperti ini tidak etis. Alih-alih bagaimana agar rakyat makmur dan sejahtera sehingga tidak mengandalkan bansos, kampanye model ini justru ingin melestarikannya.
"Ini bisa dikatakan mereka ingin agar rakyat tetap miskin sehingga akar tergantung terus pada bansos. Ini bentuk politik populis yang salah kaprah," terangnya dalam rilis yang diterima Tribunnews.com (14/12/2023)
Menurutnya, kampanye politik harusnya berfokus pada upaya menyejahterakan rakyat dengan seperti penciptaan lapangan usaha bagi rakyat, lapangan pekerjaan, peningkatan pendidikan sehingga rakyat bisa keluar dari jerat kemiskinan.
"Bukan terus menerus melestarikan bansos," lanjutnya.
Menurutnya, kini, program bansos pun melenceng dari tujuan awal. "Sekarang bansos sudah bersifat politis, sudah ditunggangi politik," sambungnya.
Bansos menjadi instrumen klintelisme untuk meraih suara, untuk pemenangan pemilu dan pilpres. Padahal pendanaan bansos bersumber dari uang rakyat.
"Anggaran negara, yang berasal dari pajak bahkan dapat dari utang luar negeri, disalahgunanakan, dimanipulasi dan dimanfaatkan untuk pemenangan pemilu. Ini sangat disayangkan," tegasnya.
Lili menekankan pentingnya kesadaran publik untuk melihat bansos secara jernih di tengah masa pemilu. Bahwa bansos bukan berasal sosok atau sosok, melainkan negara.
"Semoga rakyat sadar dan mengetahui bahwa bansos bukan kemurah-hatian penguasa, karena yang digunakan bukan uang pribadi tapi uang negara, yang hakekatnya adalah uang rakyat," ujarnya.
Baca juga: Peneliti Litbang Kompas: Bansos Tak Banyak Pengaruhi Hasil Survei Elektabilitas Capres-Cawapres
Tidak mendidik
Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan bantuan sosial dipakai untuk meraih kepercayaan publik sejak lama. “Bansos tinggi untuk meraih kepercayaan publik,“ kata Trubus.
Lebih dari sekedar untuk melanggengkan kekuasaan, Bansos harus memberi harapan kepada masyarakat miskin jika disalurkan dengan tepat. “ Bahwa bansos juga membawa harapan kepada masyarakat miskin untuk bertahan dalam mengarungi hidupnya,” imbuh Trubus.
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang berani menjanjikan Bansos, diminta untuk mencari dulu akar masalahnya sehingga tidak menjadi ketergantungan. “Persoalannya apakah lama? Kan tidak mendidik kalau terus menerus,” tandas Trubus. (***Vincent***)
Baca juga: Peneliti Senior BRIN Kritik Kampanye Program Bansos