Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Persepi Beri Catatan Kritis Terhadap Indikator Politik Indonesia Terkait Survei Debat Cawapres

Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS. 

Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Ketua Persepi Beri Catatan Kritis Terhadap Indikator Politik Indonesia Terkait Survei Debat Cawapres
KPU
Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD dalam dalam debat cawapres 2024, Jumat (22/12/2023). 

Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang sudah terlatih dan profesional.


Catatan Kritis Ketua Persepi

Ketua Perhimpungan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Philips J Vermonte menyoroti sejumlah hal dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga survei Indikator Politik Indonesia.

Hal pertama yang disorot oleh Philips adalah terkait dengan metode survei telepon.

Philips menyoroti perihal cara dua cara yang digunakan dalam survei untuk mendapatkan responden yakni RDD dan DS. 

Selain itu, ia juga menyoroti terdapat kurang lebih 17% populasi survei yang tidak punya telepon. 

"Tetapi, mungkin pertanyaannya adalah bagaimana menghitung error dari dua metode generating sampling ini? Karena di catatan yang disampaikan Prof Burhan, errornya dituliskan assuming simple random sampling," kata Philips.

"Padahal mungkin ini ada error bertingkat kayaknya. Tapi saya hanya bertanya, mungkin perlu jadi diskusi panjang juga di kalangan method enthusiast. Mungkin ada efek matematisnya," sambung dia.

Berita Rekomendasi

Selanjutnya, Philips menyoroti terkait urut-urutan atau sequence pertanyaan survei.

Karena survei tersebut merupakan survei persepsi publik, kata dia, maka akan ada aspek psikologis terlibat di dalamnya.

"Karena pertanyaan tentang elektabilitas, kalau lihat urutan slide, misalnya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa? Itu ditanyakan sebelum pertanyaan tentang debat," kata dia.

"Jadi, jangan-jangan kalau sequencenya dibalik, tanya tentang debatnya dulu, lalu ditanya kalau ada pemilu hari ini, anda akan pilih siapa, mungkin bisa lain (hasilnya). Karena dalam proses pertanyaan, dia sudah memikirkan lagi tentang debatnya," sambung dia. 

Menurut Philips, ada kemungkinan ketika urutan pertanyaan dalam survei dibuat berbeda maka hasilnya juga akan berbeda.

"Karena kalau dia ditanya duluan, itu pre disposisi kan, sebelum ditanya tentang debat ditanya kalau ada pemilu hari ini anda akan pilih siapa. Sehingga tidak ada proses kognitif ketika menjawab. Saya tidak tahu bagaimana teman-teman di Indikator melakukan sequencing," kata dia.

"Saya kira juga, banyak studinya, sequencing pertanyaan itu mungkin ada impactnya terhadap bagaimana responden menjawab pertanyaan-pertanyaan," sambung dia.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas