Prabowo Akan Impor 1,5 Juta Sapi untuk Susu Gratis, Ganjar: Mending Breeding, Apa Respon Kubu AMIN?
Capres Prabowo Subianto menawarkan program pemberian susu gratis dan makan siang gratis untuk 82 juta anak usia sekolah di Indonesia.
Penulis: Yulis
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Capres Nomor Urut 3 Prabowo Subianto menawarkan program pemberian susu gratis dan makan siang gratis untuk 82 juta anak usia sekolah di Indonesia sebagai program unggulannya di Pilpres 2024.
Untuk mendukung rencana itu, Prabowo akan mengimpor sapi perah dari Brasil dan India sebanyak 1,5 juta ekor.
“Jadi, kita mungkin, harus impor 1 juta atau 1,5 juta ekor sapi sehingga dalam waktu dua tahun, sapi-sapi impor itu akan melahirkan dan kita akan punya 3 juta ekor sapi. Kira-kira begitu strategi kita,” kata Prabowo saat berdiskusi dengan jajaran Pimpinan PWI di Gedung Dewan Pers, Jakarta yang disiarkan melalui Kanal Youtube, PWI Official.
Menurut klaim Prabowo, impor sapi dari Brasil membutuhkan waktu sekitar 40 hari untuk tiba di Indonesia dan dari India selama 20 hari.
Harga sapi impor dari Brasil, kata Prabowo, sekitar 2.500 dolar AS per ekor untuk tiba di Indonesia dan dari India harga sapi perah minimal Rp 2,5 juta per ekor.
“Sekarang, saya katakan, kita punya will nggak? Kita punya kehendak politik atau tidak? Kalau kita punya kehendak politik, ya sudah, untuk satu, dua, tiga, empat tahun. Kita beli sapinya, kita kembangkan di Indonesia,” kata Prabowo.
Rencana Prabowo ini mengundang kritik dari para capres-cawapres.
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menanggapi dingin rencana impor 1,5 juta ekor sapi untuk program susu gratis tersebut.
Ganjar berpendapat, dana yang dibutuhkan untuk membiayai impor sapi akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk pengembangbiakkan (breeding) di dalam negeri, sehingga akan tercipta kemandirian pangan nasional.
“Impornya kapan itu? Cita-citanya, kali ya. Lebih baik kita membicarakan kemandirian ekonomi kita, bagaimana kita punya breeding sendiri,” kata Ganjar di Jakarta, Sabtu (6/1/2024).
Baca juga: Program Susu Gratis Jadi Sorotan Karena Berujung Impor Sapi, Pasokan Dalam Negeri Tak Cukup?
Ia mengatakan, ketahanan pangan nasional telah menjadi isu yang terus diperbincangkan selama bertahun-tahun. Namun, faktor utama, yang menjadi masalah adalah ketergantungan Indonesia pada impor, terutama komoditas bahan pokok, seperti beras.
Ketergantungan ini, lanjutnya, akan membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar internasional, perubahan iklim, dan gangguan pasokan global.
“Inilah yang membuat kita sering bergantung soal pangan dengan dunia lain, maka kita musti serius urus politik pangan ini,” ujar mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
Baca juga: Serba Gratis Janji Capres Cawapres: Pengacara Gratis, Makan Siang Gratis, Internet Gratis
Kritikan juga disampaikan Cawapres Nomor Urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Menurut Cak Imin, ide mengimpor 1,5 sapi dari India dan Brasil sah-sah saja. Namun, dia menilai cara seperti itu hanya bersifat instan, tidak mampu menuntaskan permasalahan yang sebenarnya di dalam negeri.
Cak Imin berpendapat, nilai manfaat yang akan didapat masyarakat dari rencana impor 1,5 juta ekor sapi India dan Rasil tersebut sangat rendah.
Karena itu menyelesaikan problem stunting dan kekurangan gizi anak harus menyentuh langsung ke masyarakat.
Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan susu, dimulai dari perbaikan mutu peternak lokal agar pemenuhan susu dalam negeri bisa berkelanjutan.
"Jangan tiba-tiba bikin program yang kemudian yang untung adalah importir, kita bikin dari hilir ke hulunya," kata Cak Imin di sela kegiatan ziarah ke Makam Sunan Ampel Surabaya, Sabtu 6 Januari 2024.
Dia menegaskan, problem di masyarakat bawah begitu kompleks. Tidak hanya peternak susu dan daging sapi, tapi juga masyarakat petani dan nelayan yang juga membutuhkan penanganan serius Pemerintah karena menyangkut hajat program kebutuhan pangan nasional.
Karena itu, dia menegaskan, penyaluran subsidi harus tepat sasaran, eperti subsidi pupuk, BBM untuk nelayan dan kebutuhan pakan ternak.