Pengamat Nilai Konsolidasi PDIP untuk Cegah Pemilihnya Pindah ke Jokowi Sukses
Kritik yang terus dilakukan PDIP kepada Jokowi, kata dia, sebetulnya untuk menegaskan hubungan PDIP dengan Jokowi sudah berakhir.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menilai konsolidasi yang dilakukan PDIP untuk mencegah pemilihnya pindah ke capres-cawapres terafiliasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah berhasil.
Ray menyampaikan hal tersebut sebagai satu dari lima faktor yang menyebabkan elektabilitas calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka cenderung stagnan dalam sejumlah survei beberapa waktu belakangan.
Ray menjelaskan konsolidasi PDIP pada 13 Oktober 2023 sampai November 2023 usai Jokowi membiarkan putranya, Gibran, menjadi cawapres Prabowo.
Selama sekira satu bulan tersebut, kata dia, PDIP melakukan konsolidasi internal yang dicirikan dengan cara terus menerus melakukan kritik terhadap Jokowi dengan sangat keras.
Puncak kritik itu, kata dia, adalah ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung adanya orang yang baru berkuasa tapi terasa seperti Orde Baru.
Menurutnya, pernyataan Megawati tersebut disampaikan dalam konteks untuk internal PDIP dan bukan ke luar.
Meski pernyataan tersebut berdampak pada turunnya elektabilitas Ganjar dalam beberapa survei, namun ke internal, kata dia, langkah tersebut efektif untuk membatasi migrasi pemilih loyal PDIP kepada Jokowi.
Dalam konteks itu, ia memperkirakan terdapat 50 persen pemilih PDIP yang terikat dengan Jokowi.
Mereka yang terikat, kata dia, sebelum itu masih bimbang untuk ikut langkah Jokowi atau tetap di PDIP.
Baca juga: Anies Kembali Bicara IKN: Tidak Bilang Disetop, Tapi Pilih Benahi Alokasi Anggarannya
Kritik yang terus dilakukan PDIP kepada Jokowi, kata dia, sebetulnya untuk menegaskan hubungan PDIP dengan Jokowi sudah berakhir.
Sehingga dalam proses tersebut, kata dia, ada konsolidasi sekaligus verifikasi kepada mereka yang loyal kepada PDIP atau sebaliknya mengikuti langkah Jokowi.
Hal tersebut disampaikannya saat konferensi pers Survei Nasional Peta Elektoral Pemilu 2024 Gagas Lintas Data (Galidata.id) di kawasan Jakarta Pusat pada Kamis (11/1/2024).
"Dan kenyataannya mayoritas pemilih PDI itu tetap loyal. Di sini malah disebut 24,8 persen. Angka tertinggi menurut saya yang diperoleh PDI di berbagai lembaga survei. Kalau moderatnya mungkin 20-22 persen," kata dia.