Pengamat Nilai Konsolidasi PDIP untuk Cegah Pemilihnya Pindah ke Jokowi Sukses
Kritik yang terus dilakukan PDIP kepada Jokowi, kata dia, sebetulnya untuk menegaskan hubungan PDIP dengan Jokowi sudah berakhir.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Acos Abdul Qodir
"Dalam bahasa lain, kalaupun ada yang minggat dari PDIP pasca-konsolidasi itu ikut jalannya Pak Jokowi, tidak lebih dari 2 persen. Artinya, konsolidasi yang dilakukan oleh PDI itu sukses untuk menahan pemilih mereka tidak pergi mengikuti langkah Pak Jokowi," sambung dia.
Baca juga: Survei IPO: Prabowo-Gibran Raih 42.3 Persen, Mahfud Disebut Turunkan Elektabilitas Ganjar
Fase kedua, kata dia, PDIP mengasosiasikan bahwa program Jokowi sama dengan program milik PDIP dan Ganjar.
Oleh karena itu, kata dia, sekira Bulan Desember 2023 PDIP tidak melakukan upaya penyerangan terhadap visi misi Jokowi.
Menurutnya, hal tersebut tampak saat debat pertama Pilpres di mana Ganjar menegaskan programnya sama dengan Jokowi di antaranya terkait IKN.
Fase ketiga, kata dia, sejak Januari 2024 sampai pada hari pencoblosan PDIP dan Ganjar akan menunjukkan perbandingan perihal siapa yang lebih pantas dipilih apakah Prabowo atau Ganjar.
Hal tersebut, kata dia, juga tampak dalam debat ketiga pilpres.
Dalam debat tersebut, kata dia, Ganjar terus-menerus menyasar program dan kinerja Prabowo sebagai MEnteri Pertahanan.
Saat itu, menurut Ray, Ganjar ingin menunjukkan kepada publik, bahwa Prabowo merupakan sosok yang sedikit omong dan sedikit kerja.
Dengan cara itu, ia menduga masyarakat di akar rumput akan ragu apakah Prabowo mampu melanjutkan progra Jokowi.
Baca juga: VIDEO JK Turun Gunung, Jubir Timnas: Bisa Tingkatkan Keterpilihan AMIN di Pilpres 2024
Menurutnya, hal tersebut juga terekam dalam jajak pendapat Kompas di mana ada kecenderungan pemilih untuk lindah pilihan setelah menonton debat ketiga Pilpres atau debat kedua capres.
"Ada 10 persen dari hasil survei kompas itu, yang mengatakan pindah pilihan pasca mereka melihat debat kedua capres. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh Ganjar. Siapa yang lebih layak, siapa yang lebih patut meneruskan program-program Pak Jokowi, apakah Pak Ganjar atau Pak Prabowo," kata dia.
"Makanya, dalam ulang tahun PDIP kemarin tidak terdengar begitu istimewa, karena pidatonya tidak terlalu memaki. Karena kalau ada kritik-kritik itu jab-jab (pukulan-pukulan) kecil," sambung dia.