Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Sederet Kader PDI Perjuangan yang Hengkang, Ada yang Ikut Jokowi hingga Dukung Prabowo

Beberapa tokoh memutuskan untuk berpamitan dengan partai, namun beberapa di antara ada yang dipecat oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Profil Sederet Kader PDI Perjuangan yang Hengkang, Ada yang Ikut Jokowi hingga Dukung Prabowo
Kolase Tribunnews.com
Eva Kusuma Sundari, Budiman Sudjatmiko, Kirana Larasati dan Maruarar Sirait, daftar sederet politikus yang hengkang serta dipecat PDI Perjuangan, termasuk lantaran mendukung lawan politik di Pemilu 2024. 

Budiman menjelaskan bahwa surat itu ditandatangani oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto.

Mantan aktivis Pro Demokrasi itu tidak berkomentar panjang terkait surat pemecatan yang diterimanya.

Ia hanya mengatakan bahwa surat itu menjadi penanda salah satu episode hidupnya sebagai manusia politik.




Budiman Sudjatmiko lahir di Cilacap, 10 Maret 1970.

Ia dikenal sebagai seorang politisi dan mantan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan.

Mengenai pendidikannnya, Budiman sewaktu kecil menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.

Lalu, ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Cilacap dan lulus tahun 1986.

BERITA TERKAIT

Budiman pun melanjutkan di SMA Negeri 5 Bogor dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, lulus tahun 1989.

Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Budiman menempuh pendidikan sekolah tinggi di Universitas Gajah Mada.

Tak selesai kuliah di UGM karena sesuatu hal, lalu Budiman melanjutkan pendidikan Ilmu Politik di Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.

Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden 2024, Prabowo Subianto mengaku sempat tak percaya politisi PDIP Budiman Sudjatmiko kini mendukungnya.
Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden 2024, Prabowo Subianto mengaku sempat tak percaya politisi PDIP Budiman Sudjatmiko kini mendukungnya. (Istimewa)

Perjalanan Karier Budiman

Budiman mengawali kariernya sebagai seorang aktivis.

Ketika duduk di bangku kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Budiman Sudjatmiko pernah terlibat dalam gerakan mahasiswa.

Budiman terjun sebagai community organizer yang melakukan proses pemberdayaan politik, organisasi dan ekonomi.

Pada tahun 1996, Budiman mendeklarasikan Partai Rakyat Demokrasi (PRD) Partai Rakyat Demokratik.

Buntut pembentukan partai tersebut, Budiman Sudjatmiko dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara.

Partai Rakyat Demokratik dianggap menjadi dalang yang memicu kerusuhan di Jakarta pada 27 Juli 1996.

Setelah bebas, Budiman Sudjatmiko menempuh studi di bidang Ilmu Politik di Universitas London.

Budiman Sudjatmiko pun melanjutkan kuliah masternya di Universitas Cambridge.

Baca juga: Resmi Dipecat PDIP, Budiman Sudjatmiko: Tidak Masalah, Kita Siapkan Episode Baru

Bergabung ke PDIP

Setelah kuliah di Universitas Cambridge, Budiman kembali ke Indonesia.

Lantas, Budiman Sudjatmiko bergabung dengan PDI Perjuangan.

Budiman Sudjatmiko juga membentuk organisasi REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi).

Pada tahun 2009, Budiman Sudjatmiko terpilih sebagai anggota DPR RI dengan dapil Jawa Tengah.

Kemudian, Budiman Sudjatmiko kembali terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019.

Saat itu, Budiman juga didapuk sebagai Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Sepanjang berkarier, Budiman diketahui juga pernah menulis buku.

Ia menelurkan karya sebuah buku berjudul Anak-anak Revolusi (2012).

Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko berfoto bersama seusai deklarasi gerakan Prabu di depan Marina Convention Center Kota Semarang, Jumat (18/8/2023) sore.
Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko berfoto bersama seusai deklarasi gerakan Prabu di depan Marina Convention Center Kota Semarang, Jumat (18/8/2023) sore. (Tribun Jateng/Budi Susanto)

Dukung Prabowo Subianto sebagai Capres 2024

Budiman Sudjatmiko telah mendeklarasikan diri bersama relawan Prabowo Budiman Bersatu (Prabu) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023).

Budiman menyuarakan dukungannya untuk Prabowo saat masih menyandang status kader PDI Perjuangan.

Di mana saat ini PDIP telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (Capres) 2024.

Meski begitu, Budiman mengaku siap menerima sanksi dari PDIP.

“Jangan berandai-andai terkait sanksi. Ini situasi dinamis, saya pikir kalaupun ini berisiko, saya tidak akan lari dari tanggung jawab,” katanya, Jumat (18/8/2023), dilansir TribunJateng.com.

Budiman menyebut, jika dukungannya kepada Prabowo dianggap suatu kekeliruan, maka dirinya akan bertanggung jawab 100 persen.

Menurutnya, ia tak membawa nama partai dan tak bermaksud meminta jabatan ataupun uang dalam deklarasi tersebut.

Lebih lanjut, Budiman menjelaskan, Deklarasi Prabu ini merupakan gerakan dari lintas partai dan golongan.

Deklarasi tersebut, dikatakan Budiman, murni gerakan dukungan tanpa membawa nama partai.

3. Kirana Larasati

Artis Kirana Larasari Hanafiah mengumumkan pengundurkan diri dari PDIP tepat di Hari Ulang Tahun (HUT) ke -78 Kemerdekaan RI, Kamis (17/8/2023).

Kabar ini dibagikan Kirana Larasati melalui akun Instagram pribadinya.

Dia mengunggah video yang berisi pernyataan pengunduran diri tersebut.

“Di Hari Kemerdekaan negara Indonesia yang saya cintai ini, saya, Kirana Larasati ingin menyampaikan bahwa saya telah mengundurkan diri dari partai tempat saya bernaung selama ini, PDI Perjuangan,” kata Kirana.

Kini di Pilpres 2024, Kirana mendukung Prabowo Subianto.

Kirana Larasati saat ditemui sesuai mencoblos, Rabu (17/4/2019),  TPS 04 Sukagalih, Sukajadi, Bandung
Kirana Larasati saat ditemui sesuai mencoblos, Rabu (17/4/2019), TPS 04 Sukagalih, Sukajadi, Bandung (Tribun Jabar/Putri Puspita)

Kirana Larasati Hanafiah yang lebih dikenal dengan Kirana Larasati adalah seorang artis peran asal Indonesia. Ia telah memulai kariernya di dunia hiburan sejak tahun 2002.

Ia mengawali kariernya dengan membintangi sinetron yang berjudul Satu Bintang (2002), dan dilanjutkan sinetron berjudul Senandung Masa Puber (2003-2004).

Setelah itu ia kerap tampil di sejumlah sinetron di layar kaca. Hingga akhirnya namanya mulai populer ketika ia membintangi sinetron yang berjudul Azizah (2007) yang kala itu tayang di SCTV.

Kariernya pun semakin menanjak, tidak hanya tampil di layar kaca ia juga membintangi beberapa film di Tanah Air seperti Kota Tua Jakarta (2014), Nenek Siam (2015), Rumput Tetangga (2019) dan lainnya.

Sepanjang perjalanan kariernya hingga saat ini, ia telah membintangi 11 film, 19 FTV, dan 30 sinetron.

Berkat peran-peran itulah yang mengantarkan wanitak kelahiran 29 Agustus 1987 ini berhasil menyabet penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terpuji di ajang Festival Film Bandung 2008.

Kirana juga kerap didapuk menjadi bintang iklan di sejumlah produk seperti Vitacimin (2002), Fujifilm (2006), Telkom Flexi (2008), dan lainnya.

Tidak hanya aktif di dunia hiburan, di tahun 2012 Kirana Larasati pernah menyandang gelar sebagai Duta Anti-Narkoba.

Kirana Larasati juga pernah mengikuti Pemilu Legislatif 2019 dari PDI Perjuangan.

4 Maruarar Sirait

Terbaru ada nama Maruarar Sirait yang memutuskan hengkang dari PDIP.

Maruarar memutuskan hengkang dari PDIP lantaran ingin mengikuti langkah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Setelah memutuskan hengkang dari PDIP, Ara mengucapkan terima kasih kepada Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, karena telah mengizinkannya berbakti melalui PDIP.

"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi," kata Ara, Senin (15/1/2024).

Ia menyebut, saat ini angka kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi mencapai 75-80 persen.

"Karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia, kepercayaan publiknya, approval rating-nya 75-80 persen," ujar Ara.

Maruarar Sirait biasa disapa Bang Ara merupakan politikus yang lahir di Medan pada 23 Desember 1969.

Ia merupakan anak dari pasangan Suami Istri Sabam Sirait dan Sondang Boru Sidabutar. 

Ayah Ara, yakni Sabam Sirait merupakan seorang politikus senior yang telah berpolitik selama tujuh masa presiden Indonesia.

Tercatat, pernah menjadi Sekjen PDI Perjuangan selama 13 tahun, anggota DPR RI selama tujuh periode, serta anggota DPA RI selama dua periode.

Sabam Sirait juga pernah menjabat sebagai anggota DPD RI.

Maruarar Sirait menikah dengan Shinta Triastuti dan dikaruniai dua orang anak.

Maruarar Sirait yang lahir di Medan ini ternyata besar di Jakarta.

Ia menghabiskan masa sekolah sejak SD sampai SMA di Jakarta.

Riwayat Pendidikan:

  • SD PKSD VI Jakarta sejak 1982 sampai 1985
  • SMPK Ora Et Labora dan lulus pada 1988
  • SMA Negeri 7 Jakarta hingga lulus pada 1991
  • S1 Ilmu Politik di FISIP Universitas Parahyangan dan lulus pada 1996

Semasa kuliah, Ara dikenal sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi.

Ia aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengasah kemampuan berpolitiknya di sana.

Ara juga aktif sebagai anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) Unpar.

Tak hanya itu,  Ara sempat didaulat menjadi Manajer Kooperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM) Unpar.

Aktivitasnya di berbagai organisasi mahasiswa itulah yang membuatnya tertarik untuk masuk ke dunia politik.

Terlebih, ayahnya juga seorang politikus ulung dari PDIP

Kemudian, pada 1999, Ara membulatkan tekad untuk bergabung bersama PDIP mengikuti jejak sang ayah.

Sebagai kader partai, Maruarar Sirait terkenal sebagai seorang yang kritis.

Polisi senior Maruarar Sirait atau yang akrab disapa Ara menyatakan mundur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).-
Polisi senior Maruarar Sirait atau yang akrab disapa Ara menyatakan mundur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).-  Inilah profil Maruarar Sirait yang menyatakan mundur dari PDI Perjuangan (PDIP), dengan alasan ingin mengikuti langkah Presiden Jokowi.(Tribunnews/Fersianus Waku)

Berikut beberapa jabatan strategisnya di PDIP:

Pada 2004, Ara maju sebagai calon anggota DPR RI melalui partai bergambar banteng itu.

Ia kemudian dipercaya menjadi anggota Komisi XI DPR RI Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Perbankan hingga 2009.

Periode berikutnya, ia kembali maju sebagai caleg DPR RI dan berhasil lolos ke senayan untuk periode 2009 – 2014 dan 2014 – 2019.

Pada 2019, Ara sempat mengeluarkan pernyataan tidak akan maju sebagai calon anggota legislatif karena PDIP perli kader-kader yang lebih muda untuk regenerasi.

Pasalnya, Ara sudah menjadi anggota DPR selaam tiga periode.

Namun, pada akhirnya Ara kembali mencalonkan diri untuk daerah pemilihan Jawa Barat III yang meliputi Cianjur dan Bogor.

Sayangnya, ia gagal lolos ke Senayan karena suaranya kalah dari caleg satu partai, Rieke Diah Pitaloka.

Meski tidak lolos, Ara mengungkapkan dirinya ikhlas dan tetap legowo. 

Selain aktif sebagai anggota legislatif, Ara juga sempat ditunjuk menjadi Steering Committee (SC) Piala Presiden tahun 2016, 2017, dan 2018. 

Sebagai informasi, di era pemerintahan Presiden Jokowi, Ara mendukung RUU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty dengan berbagai catatan. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas