Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Sebut Kian Dekat Hari Pencoblosan, Preferensi Pemilih Sulit Berubah

Pengamat politik yang juga Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk menyebut , preferensi pemilih kemungkinan akan sulit berubah.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Sebut Kian Dekat Hari Pencoblosan, Preferensi Pemilih Sulit Berubah
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Pengguna jalan melintasi Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 berupa baliho Tanda Gambar Partai Politik Peserta Pemilu 2024, Daftar Calon Anggota DPD RI Daerah Pemilihan Jawa Barat, dan Daftar Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, di Jalan Sumatera, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1/2024). Pemasangan APK yang difasilitasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu sebagai bentuk sosialisasi sekaligus informasi peserta Pemilu 2024 kepada masyarakat, sebelum menggunakan hak pilihnya pada 14 Februari 2024. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik yang juga Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menyebut meski masa kampanye Pemilu 2024 masih 28 hari lagi, preferensi pemilih kemungkinan akan sulit berubah.

"Sementara waktu tersisa kurang lebih 28 hari lagi, sulit untuk kampanye mengubah preferensi pemilih," kata Hamdi kepada wartawan, Rabu (17/1/2024).

Sementara berdasarkan sejumlah rilis survei terbaru yang dikeluarkan lembaga survei, pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka masih menempati peringkat pertama perolehan elektabilitas.

Perihal ini, Hamdi memandang potensi Pilpres satu putaran bisa saja terjadi jika pasangan nomor 2 mengintensifkan kampanye jelang pencoblosan. Apalagi masyarakat yang masuk golongan swing voters dipastikan tersisa sedikit mendekati hari pemungutan suara.

Kendati paslon nomor urut 2 tak memperoleh suara di atas 50 persen, namun hal itu bisa jadi modal besar untuk berlaga di putaran kedua.

Terlebih jika pasangan yang gagal masuk putaran pertama bisa dipikat untuk bergabung.

Berita Rekomendasi

"Ini berpotensi menggoda pasangan yang kalah untuk bergabung dengan Prabowo-Gibran, karena kemungkinan menangnya lebih besar," jelasnya.

Sementara soal wacana kubu Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD bergabung, menurutnya sulit terwujud.

Hal ini karena dalam politik, insentif elektoral pragmatis lebih kuat memotivasi ketimbang koalisi berbasis idealisme.

Baca juga: Berpotensi Satu Putaran, Hasil Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo-Gibran Tertinggi Capai 50,9 Persen

"Karena kenyataannya koalisi berbasis idealisme itu tidak ada. Insentif elektoral pragmatis lebih kuat memotivasi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas