Pengamat Sebut Kian Dekat Hari Pencoblosan, Preferensi Pemilih Sulit Berubah
Pengamat politik yang juga Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk menyebut , preferensi pemilih kemungkinan akan sulit berubah.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik yang juga Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menyebut meski masa kampanye Pemilu 2024 masih 28 hari lagi, preferensi pemilih kemungkinan akan sulit berubah.
"Sementara waktu tersisa kurang lebih 28 hari lagi, sulit untuk kampanye mengubah preferensi pemilih," kata Hamdi kepada wartawan, Rabu (17/1/2024).
Sementara berdasarkan sejumlah rilis survei terbaru yang dikeluarkan lembaga survei, pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka masih menempati peringkat pertama perolehan elektabilitas.
Perihal ini, Hamdi memandang potensi Pilpres satu putaran bisa saja terjadi jika pasangan nomor 2 mengintensifkan kampanye jelang pencoblosan. Apalagi masyarakat yang masuk golongan swing voters dipastikan tersisa sedikit mendekati hari pemungutan suara.
Kendati paslon nomor urut 2 tak memperoleh suara di atas 50 persen, namun hal itu bisa jadi modal besar untuk berlaga di putaran kedua.
Terlebih jika pasangan yang gagal masuk putaran pertama bisa dipikat untuk bergabung.
"Ini berpotensi menggoda pasangan yang kalah untuk bergabung dengan Prabowo-Gibran, karena kemungkinan menangnya lebih besar," jelasnya.
Sementara soal wacana kubu Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD bergabung, menurutnya sulit terwujud.
Hal ini karena dalam politik, insentif elektoral pragmatis lebih kuat memotivasi ketimbang koalisi berbasis idealisme.
Baca juga: Berpotensi Satu Putaran, Hasil Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo-Gibran Tertinggi Capai 50,9 Persen
"Karena kenyataannya koalisi berbasis idealisme itu tidak ada. Insentif elektoral pragmatis lebih kuat memotivasi," pungkasnya.