Kritik Cawapres 1 dan 3 Pada Food Estate, 'Gagal dan Rusak Lingkungan'
Jika asumsi Food Estate adalah peningkatan produksi beras, maka sejak tahun 2018-2023 produksi beras terus berkurang.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah proyek food estate di Gunung Mas, Tewai Baru, Kalimantan Tengah (Kalteng) merusak lingkungan.
Dia menyebut tuduhan tersebut tidak benar.
Komandan Tim Komunikasi TKN Prabowo Gibran, Budisatrio Djiwandono mengatakan proyek food estate yang dibuat di atas lahan di Gunung Mas merupakan lahan bekas area hutan produksi.
"Saya tegaskan mengenai tuduhan-tuduhan bahwa lahan di Gunung Mas ini merusak lingkungan, ini saya katakan tidak benar karena berbeda kondisi riil. Kita udah evaluasi, lahan yang ada di Gunung Mas adalah lahan eks area hutan produksi," kata Budisatrio, Senin (22/1).
Dia menuturkan hutan eks area hutan produksi yang dibangun proyek food estate juga bukan lahan produktif. Sebelum dibangun proyek food estate, lahan itu merupakan lahan kering dan semak belukar.
"Area hutan produksi ini yang kita temukan merupakan lahan tidak produktif, komposisi mayoritasnya adalah lahan kering semak belukar dan pohon-pohon vegetasi kecil dengan diameter di bawah 50 cm," katanya.
Di sisi lain, Politikus Gerindra itu menyebut bahwa proyek food estate di lahan tersebut juga telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Area lumbung pangan yang izinnya udah dberikan oleh KLHK sekitar 6 ribu hektar ini area yang mengelilimgi adalah areal-areal kawasan yang juga merupakan area hutan produksi ada beberapa HTI/hutan tanaman industri maupun juga perkebunan sawit," katanya.
"Bahwa izin dari KLHK ini saya terangkan adalah kawasan hutan ketahanan pangan KHKP itu secara administrasi pemberian izin KHKP udah melalui proses pemberian evaluasi izin yang melingkupi aspek lingkungan hidup juga dokumennya DPLH," tutupnya.
Budisatrio mengatakan proyek food estate di Gunung Mas, justru mengalami perkembangan. Bahkan, dia sempat memeriksa datang langsung ke lokasi lumbung pangan.
Hasilnya, kata dia, proyek food estate di tempat itu sudah panen sekitar 8 hektar jagung dan 5 hektar singkong.
Sebaliknya, dia pun membantah penanaman singkong untuk menutup kegagalan penanaman jagung.
"Per hari ini sudah tertanam dan sudah akan panen sekitar 8 Ha jagung dan juga 5 Ha singkong. Beberapa waktu lalu ada narasi juga yang menyebutkan bahwa ini adalah lahan yang gagal ini skarang ditanamkan jagung untuk menutupkan kegagalan singkong, tidak," kata Budisatrio.
Dari hasil panen tersebut, kata dia, food estate juga telah menghasilkan 20 ton per hektar singkong dan 6 ton per hektar jagung. Dengan asumsi, adanya 15 persen kadar air.