Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kritik Cawapres 1 dan 3 Pada Food Estate, 'Gagal dan Rusak Lingkungan'

Jika asumsi Food Estate adalah peningkatan produksi beras, maka sejak tahun 2018-2023 produksi beras terus berkurang.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kritik Cawapres 1 dan 3 Pada Food Estate, 'Gagal dan Rusak Lingkungan'
Foto Kolase Tribunnews.com
Debat cawapres Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada debat calon wakil presiden (Cawapres) pada Minggu (21/1/2024) lalu, program Kementerian Pertahanan soal Food Estate kembali mencuat.

Di mana, program pemberdayaan pangan itu disebut gagal karena tak membawa manfaat. Apalagi, tanaman singkong yang ditanam tak kunjung membuahkan hasil.

Justru, kini Food Estate ditanami jangung. Namun, hal itu menjadi sorotan lantanan lahan Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan Timur itu tak digunakan.

Baca juga: Anies, Prabowo, dan Ganjar Geber Jabar di Masa Kampanye Akbar, Ini Survei 3 Capres di Tanah Pasundan

Pasalnya, tanaman jagung ditaman di atas polybag.

Kegagalan soal Food Estate juga diungkapkan oleh Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD saat debat berlangsung.

Mahfud MD mengatakan program Food Estate yang dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah gagal.

Bahkan food estate juga merusak lingkungan.

BERITA REKOMENDASI

"Tetapi saya tidak melihat pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita," kata Mahfud.

Sementara itu, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyatakan, pemerintah telah gagal menghentikan kerusakan hutan dan food estate.

"Sampai hari ini saya setuju dengan Pak Mahfud tidak ada keseriusan dan kesungguhan untuk itu. Bahkan mau menyediakan pangan nasional saja kenapa tidak melibatkan petani, malah juga melakukan penggundulan hutan dan gagal lagi," kata Cak Imin.

"Karena apa, karena tidak melibatkan masyarakat adat setempat juga tidak melibatkan para petani, bahkan merusak keanekaragaman hayati kita," imbuh dia menegaskan.

Menurut Cak Imin, yang menjadi alat ukur dalam mengurangi deforestasi itu adalah melakukan penghijauan atau reforestasi.

Kata dia, terkait dengan penghentian kerusakan hutan dan food estate ini adalah menyoal keberpihakan. Keberpihakan kepada pembangunan yang berbasis keberlanjutan.

Baca juga: Mahfud MD Disarankan Ganjar Mundur Sebagai Menteri Jokowi, Fahri Hamzah: Dia Masih Menikmati

"Kita tidak akan main-main dengan soal ini. Ini soal nasib generasi, prinsipnya satu keadilan. Keadilan ekologi harus satu jangan pernah membiarkan keadilan ekologi ini tidak terjadi laksanakan dengan baik," jelasnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas