Budiman Sudjatmiko Paparkan Gagasan Prabowo-Gibran Perbaiki Sistem Pendidikan
Prabowo-Gibran, kata Budiman Sudjatmiko, akan memperbaiki sistem pendidikan dengan seamless system tanpa batas.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko memaparkan sejumlah gagasan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut dua dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Pertama kata Budiman yakni meningkatkan literasi digital.
Ia mengatakan melalui literasi digital maka aspek-aspek yang selama ini bertentangan dalam dunia pendidikan bisa berekonsiliasi.
Misalnya pertumbuhan dengan pemerataan, kualitas dan akseptabilitas.
Baca juga: Tegaskan Pentingnya Pendidikan, Jokowi: Bapak Saya Saat Itu Bukan Orang Berpunya
Ia mengatakan digital adalah cara yang terbukti bisa mengakurkan dua hal yang saling bertentangan dalam semua aspek, baik itu aspek ekonomi, aspek politik, aspek ilmu pengetahuan.
"Oleh karena itu, digital, bagi pasangan 02 ditetapkan program yang penting salah satunya terkait literasi digital karena kita tahu bahwa itulah alat mistar untuk mengukur apakah seseorang punya akses yang berkualitas," katanya dalam diskusi bertajuk"Masa Depan Pendidikan Berbudaya Digital," di Graha Binaraksa, Jakarta Selatan, Minggu, (28/1/2024).
Budiman mengatakan tradisi kebijakan dunia pendidikan di Indonesia selalu berubah-ubah.
Ketika ada keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka aspek pemerataan dikorbankan.
Prabowo-Gibran, kata Budiman, akan memperbaiki sistem pendidikan dengan seamless system tanpa batas.
Hal itu bisa dilakukan dengan cara kerja yang membutuhkan kekenyalan. Itu menjadi penting karena pendidikan di Indonesia terbilang tradisional, birokratik, dan analog.
"Ini yang mau kita pecahkan dengan literasi digital bukan literasi yang yang cuman diartikan melek digital, bukan sekedar literasi yang komputasi tapi digital sehingga orang masuk ke dalam cara pikir, cara pandang, belajar tentang dunia digital dan belajar secara digital itu tekanan dari program itu," katanya.
Namun hal itu kata Budiman perlu kolaborasi. Pasalnya sistem pendidikan di Indonesia kaku.
Kolaborasi yang dilakukan yakni antara lembaga pendidikan publik atau negri dengan swasta.
Dengan kolaborasi tersebut maka pemerataan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai.
Budiman mencontohkan misalnya pendidikan dasar atau SD, hingga kelas 4 itu seharusnya memberikan ruang kepada murid untuk "bermain belajar", bukan "bekerja belajar" seperti yang ada sekarang.
Dengan bermain belajar murid bisa mengetahui siapa dirinya, bisa menempatkan posisi dalam ruang serta mampu mengekspresikan dirinya.
Hal hal seperti kata Budiman belum mampu direspon oleh pendidikan tradisional di Indonesia.
Berbeda dengan pendidikan swasta yang sudah melakukan itu. Oleh karenanya dibutuhkan kolaborasi antaranya pendidikan publik dengan swasta.
"Ini menjadi bagian dari integral itulah yang disebut bagian dari kolaborasi yang disebut Prabowo Gibran," katanya.
Selanjutnya kata Budiman yakni memaksimalkan peran negara dengan mengucurkan dana pendidikan.
Prabowo-Gibran kata dia akan menciptakan kartu seperti pra kerja, sehingga setiap anak akan mendapatkan subsidi melalui sekolahnya sehingga bisa apply pada teknologi pendidikan atau edutech yang ada di perusahaan swasta untuk mengembangkan dirinya.
"Murid bisa memilih bebas perusahaan-perusahaan pendidikan untuk melatih mereka pada pendidikan yang sifatnya pengembangan kreasi dan inovasi," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.