Guru Besar Unas Nilai Pertanyaan yang Dibuat Panelis Normatif pada Debat Terakhir Capres 2024
Prof Lely menyayangkan sejak debat pertama seharusnya panelis yang bertanya langsung kepada kandidat capres.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi Politik Universitas Nasional (Unas) Profesor Lely Arrianie mengatakan situasi debat kelima capres 2024 lebih landai.
Hal itu menurutnya karena pertanyaan yang dibuat 12 panelis normatif sehingga ketiga kandidat capres tidak terpancing emosinya.
“Saya lihat pertanyaan yang ditulis oleh panelis normatif sehingga jawabannya normatif kita tidak salahkan misalnya soal makan gratis dan lain sebagainya,” kata Prof Lely dalam debat kelima capres di Studio Tribun Network, Jakarta, Minggu (4/2/2024).
Prof Lely menyayangkan sejak debat pertama seharusnya panelis yang bertanya langsung kepada kandidat capres.
Sehingga ketiga capres yang hadir bisa langsung menjawab pertanyaan tersebut dan menjadikan diskusi di dalam debat lebih hidup.
“Karena kan yang tahu benar atau nggak itu panelis jadi bukan seperti debat cawapres Gibran menyalahkan pertanyaan Pak Mahfud,” tuturnya.
Baca juga: Tutup Debat Pilpres 2024, Prabowo Minta Maaf ke Anies dan Ganjar, Terima Kasih ke Seluruh Presiden
Dia menegaskan hal ini bisa menjadi pelajaran ke depan agar tidak muncul lagi narasi yang normatif di debat pilpres selanjutnya.
“Seharusnya hari ini panelis menggali pertanyaan yang semuanya subtantif dari delapan tema inti dari tema itu adalah kesejahteraan bagaimana SDA dan tenaga kerja dibicarakan tapi nampaknya isu gender yang sensitif tidak muncul,” tukasnya.
Diketahui sebanyak 12 orang panelis ditetapkan KPU untuk membuat pertanyaan debat kelima capres 2024.
Seluruh panelis telah melaksanakan proses karantina mulai Jumat (2/2/2024) malam sampai Minggu (4/2/2024).
Berikut 12 panelis yang membuat pertanyaan dalam debat kelima capres 2024
1. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Prof Dr Aminuddin Syam, SKM, M. Kes, M. Med. Ed.
2. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D.
3. Anggota Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (BAN PDM) Bahruddin.
4. Pendiri PIKAT Demokrasi dan penasihat Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFE Net) Damar Juniarto S.Sos.
5. Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Prof Emiritus PM Laksono Ph.D.
6. Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo
7. Ahli Teknologi Informasi/Wakil Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan Onno Widodo Purbo Ph.D.
8. Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Dra. Reni Kusumowardhani M.Psi.
9. Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar, S.Si., S.H., M.M.
10. Penasihat Hak Disabilitas pada General Election Network for Disability Access (AGENDA) dan aktivis disabilitas Tolhas Damanik, M.Ed.
11. Dosen Pascasarjana Program Penyuluhan Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta Drs. Tukiman Tarunasayoga MS, Ph.D.
12. Guru Besar di bidang PAUD dan Gender Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Vina Adriany, M.Ed, Ph.D.