Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

MUI: Memberi Atau Menerima Serangan Fajar Hukumnya Haram

Ketua MUI Bidang Fatwa Prof. Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa pemberian sogokan atau serangan fajar saat Pemilu 2024 hukumnya haram.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in MUI: Memberi Atau Menerima Serangan Fajar Hukumnya Haram
Tribunnews/Ibriza Fasti
Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa pemberian sogokan atau serangan fajar saat Pemilu 2024 hukumnya haram.

Dirinya mengatakan umat Islam tidak boleh memilih atas dasar sogokan.




"Tidak boleh memilih karena sebab sogokan atau pemberian harta semata. Orang yang akan dipilih atau yang mencalonkan diri juga tidak boleh menghalalkan segala cara untuk dapat dipilih, seperti menyuap atau dikenal dengan serangan fajar. Hukumnya haram," ujar Asrorun melalui keterangan tertulis, Selasa (13/2/2024).

Menurut Asrorun, menerima sogokan politik yang membuat orang yang tidak mampu terpilih, hukumnya haram.

"Menerima sogokan politik yang kemudian mendorong orang untuk memilih orang yang tidak kompeten hukumnya haram," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut Asrorun menjelaskan bahwa MUI telah menetapkan Fatwa tentang Hukum Permintaan dan/atau Pemberian Imbalan atas proses pencalonan pejabat publik dalam forum Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia di Kalimantan Selatan pada 2018, yang isi lengkapnya sebagai berikut:

BERITA TERKAIT

1. Suatu permintaan dan/atau pemberian imbalan dalam bentuk apapun terhadap proses pencalonan seseorang sebagai pejabat publik, padahal diketahui hal itu memang menjadi tugas, tanggung jawab, kekuasaan dan kewenanganya hukumnya haram, karena masuk kategori risywah (suap) atau pembuka jalan risywah.

2. Meminta imbalan kepada seseorang yang akan diusung dan/atau dipilih sebagai calon anggota legislatif, anggota lembaga negara, kepala pemerintahan, kepala daerah, dan jabatan publik lain, padahal itu diketahui memang menjadi tugas dan tanggung jawab serta kewenangannya, maka hukumnya haram.

3. Memberi imbalan kepada seseorang yang akan mengusung sebagai calon anggota legislative, anggota lembaga negara, kepala  pemerintahan, kepala daerah, dan jabatan public lain, padahal itu diketahui memang menjadi tugas dan tanggung jawab serta kewenangannya, maka hukumnya haram.

Baca juga: Waspada Serangan Fajar Pemilu 2024, Kenali Bentuk-bentuk Kecurangan Demokrasi

4. Imbalan yang diberikan dalam proses pencalonan dan/atau pemilihan suatu jabatan tertentu tersebut dirampas dan digunakan untuk kepentingan kemaslahatan umum.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas