Konsolidasi Politik Pasca Pemilu 2024, Pengamat: Semua Kemungkinan Masih Terbuka
Diketahui lewat perhitungan cepat atau quick count saat ini pasangan Prabowo-Gibran jadi yang terdepan
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus peneliti Exposit Strategic, Arif Susanto menilai adanya konsolidasi politik pasca Pemilu 2024 masih terbuka.
Diketahui lewat perhitungan cepat atau quick count saat ini pasangan Prabowo-Gibran jadi yang terdepan. Disusul pasangan Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud.
Baca juga: Pasca Pemilu 2024, Perguruan Tinggi Indonesia Gelar Konferensi Kepemimpinan Internasional
"Kalau saya menyebut nama partai (Jadi posisi atau tidak) terlewat spekulatif. Karena dalam politik Indonesia itu kemungkinan-kemungkinan partai akan bergabung dengan pemerintahan atau tidak sangat terbuka," kata Arif kepada Tribunnews.com Minggu (18/2/2024).
Bahkan kemungkinan ketiga, kata Arif seperti Partai Demokrat di tahun 2014 juga terbuka. Menantang pemerintah tidak, mendukung juga tidak. Itu menurutnya juga relatif terbuka.
"Kemungkinan (Parpol) bergabung atau tidak bergabung ke dalam pemerintahan. Itu terutama dipengaruhi oleh akomodasi relatif terhadap kepentingan elite politik," jelasnya.
Baca juga: Tuntut Buka Kotak Suara Pemilu 2024 dan Lakukan Hitung Ulang, Warga Sempat Tutup Jalan di Muratara
Arif mengatakan berkaca pada Pilpres mulai 2004 sampai hari ini. Bagaimana pada pemerintahan sebelumnya tidak didukung kekuatan politik di parlemen.
"Kalau kita lihat tahun 2004 SBY itu didukung bukan mayoritas kekuatan politik di DPR. Begitu juga tahun 2014 saat Jokowi berkuasa," kata Arif.
"Kali ini saya pikir Prabowo juga sama. Memang hasil pileg belum keluar, tetapi sepertinya kurang lebih sama pendukung Prabowo di DPR belum mayoritas," jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga menilai faktor lainnya yang akan dilihat oleh partai politik bagaimana kalkulasi di 2029.
"Faktor lainnya kalkulasi mereka untuk 2029. Mungkin ini masih cukup jauh, tetapi bukan tidak mungkin ada saja partai yang bergabung di tahun 2024. Tetapi di tengah jalan kemudian memilih untuk berbalik arah, itu mungkin saja," kata Arif.
Ia menerangkan karena tahun 2029 secara alamiah Prabowo rasanya sudah terlalu berusia. Walaupun tidak menutup kemungkinan Prabowo akan maju kembali di 2029.
"Gibran pada sisi lain itu juga pengalaman politiknya masih selalu sedikit. Ini kemudian menjadi peluang bagi kekuatan politik yang ada," tegasnya.