Partai Gelora: Kelemahan Pemilu Hari Ini Akibat Sirekap Tidak Berjalan Sempurna
Seharusnya dengan Sirekap pada hari penghitungan itu sudah bisa diketahui hasil dari TPS bahwa tidak ada lagi permainan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Caleg Partai Gelora Dapil Nusa Tenggara Barat H. Yadi Surya Diputra mengatakan rumus rekapitulasi mudah, hanya memakai matematika sederhana pertambahan.
Ia juga mengatakan, ketatnya sistem penyelanggaraan pemilu dengan adanya saksi-saksi dan polisi di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebetulnya tidak bisa suara diutak-atik pasca pemilu.
“TIba-tiba ribut sampai pada seharusnya sudah rekapitulasi kabupaten tetapi akumulasi antar TPS itu nggak selesai-selesai. Rumusnya tidak ada tambah, yang ada pengurangan. Artinya utak-atik ada. Kalau dibilang ada utak-atiknya caranya bagaimana,” katanya dalam podcast bertajuk Utak-Atik Perolehan Suara Parpol dan Caleg Hasil Pemungutan Suara Pemilu 2024 di Kantor Tribun Network, Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Yadi memandang Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) sebagai satu data publik yang dilegalkan oleh Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) menjadi suata perkembang paling dalam mengawal suara rakyat.
Seharusnya dengan Sirekap pada hari penghitungan itu sudah bisa diketahui hasil dari TPS bahwa tidak ada lagi permainan.
“Makanya kelemahan Pemilu hari ini karena adanya utak atik dan Sirekap tidak berjalan sempurna,” ungkapnya.
Dia menyayangkan Sirekap sementara pada masa era KPU yang dipimpin Arief Budiman pada Pemilu 2019 menggubakan Sistem Informasi Penghitungan (Situng) secara manual justru tidak ada polemik.
“Yang manual kok jago nggak ada deviasi suara yang cukup signifikan. Sirekap ini anggaranya gila-gilaan itu di atas Rp107 Triliun gabungan KPU dengan Bawaslu,” imbuhnya.
Yadi juga kecewa dengan penyelenggara pemilu dengan anggaran sebesar itu tidak melakukan sosialiasi terhadap partai-partai kecil.
Dia bilang anggaran itu harusnya untuk mensosialisakan partai bahkan untuk Pileg nggak diapa-apakan semua terkonsentrasi pada Pilpres.
“Pemilu adalah ruang kontestasi ide, brain surgery bagi para politisi. Party ID masyarakat kita rendah di bawah 50 persen masyarakat tidak punya waktu yang cukup untuk mengenali calegnya,” ujarnya.