Parpol-parpol Ini Alami Penurunan Suara Drastis di Pemilu 2024, Apa Sebab?
Politisi senior Partai Hanura, Inas N Zubir angkat bicara pasca Hasil Rekapitulasi Pemilu 2024 ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Wahyu Aji
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi senior Partai Hanura, Inas N Zubir angkat bicara pasca Hasil Rekapitulasi Pemilu 2024 ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurutnya, ada beberapa catatan penting yang patut diperhatikan dan dicermati. Salah satunya penurunan prosentase suara dua partai di Senayan.
Pertama adalah Partai Demokrat, yang pada Pemilu 2019 meraih 7,77 persen suara.
Pada Pemilu 2024 ini partai yang dikomandoi oleh Agus Harimurti Yudhoyono itu mengalami penurunan suara menjadi 7,43 persen.
"Sementara itu, nasib paling nahas menimpa PDIP, yang pada Pemilu 2019 meraih 19,33 persen suara, namun pada Pemilu 2024 merosot menjadi 16,72 persen," kata Inas, dalam keterangannya.
Dia berpandangan tidak hanya PDIP yang mengalami penurunan suara yang signifikan pada Pemilu 2024, tetapi juga partai-partai pendukung Ganjar Mahfud.
Hanura, yang pada pemilu 2019 meraih suara sebesar 1,54 persen, mengalami penurunan menjadi 0,72 persen pada pemilu 2024.
Sementara Perindo, yang pada pemilu 2019 memperoleh suara sebesar 2,67 persen, turun menjadi 1,28 persen pada pemilu 2024.
Sedangkan PPP tidak hanya mengalami penurunan suara dari 4,52 persen pada pemilu 2019 menjadi 3,87 persen pada pemilu 2024, tetapi juga terlempar dari Senayan.
Inas menilai kesalahan partai-partai ini dalam memilih sosok capres-cawapres jadi salah satu faktor menurunnya suara pemilih mereka.
"Penurunan suara-suara tersebut kemungkinan disebabkan oleh kutukan yang mungkin terjadi dari capres dan cawapres yang didukung oleh partai-partai tersebut, yaitu Ganjar Mahfud yang memperoleh suara paling rendah, yakni hanya 16,47 persen dalam pemilu presiden 2024," jelasnya.
Kata Inas, padahal sebelum dijodohkan dengan Mahfud MD, elektabilitas Ganjar Pranowo sebenarnya adalah yang tertinggi diantara kandidat capres menurut survei.
"Namun apabila kita mengamati lebih dalam lagi, mungkin kita akan dapat mengetahui siapa atau apa sumber kutukan tersebut, serta kesalahan siapa yang membawa kutukan tersebut, terutama bagi PDIP," pungkasnya.