Nasib Kaesang di Pilkada Jakarta, Klaim Lebih Berpeluang Menang di Jateng, Duet dengan Ahmad Luthfi?
Putra bungsu Presiden Joko Widodo ini sempat digadang-gadang maju Pilgub DKI Jakarta, menjadi pesaing Anies Baswedan.
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) memantapkan langkah Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep maju di Pilgub Jawa Tengah.
Putra bungsu Presiden Joko Widodo ini sempat digadang-gadang maju Pilgub DKI Jakarta, menjadi pesaing Anies Baswedan.
Namun Dirinya mengaku masih belum menentukan arah.
"Kita lihat sekarang survei saya di DKI ini kan kecil, mungkin yang kemarin litbang Kompas saya masih di angka satu persen. Allhamdulillah di Jateng dengan tidak ada foto, tidak ada baliho, tidak ada billboard, Allhamduillah saya nomor satu. Untuk yang mana tunggu nanti ya di Bulan Agustus saat pendaftaran," kata Kaesang kepada wartawan di Kantor DPD PSI Kota Semarang di Ruko Jagalan No 32 E, Semarang, Sabtu (20/7/2024).
Dirinya mengatakan, tingginya hasil survei di Jawa Tengah bisa menjadi acuan bila hendak maju menjadi calon Gubenur Jawa Tengah.
"Peluang menang Allhamdulillah sangat besar di Jawa Tengah," ucap dia.
Sementara soal siapa pasangannya, Kaesang menyebut Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi layak menjadi seorang gubernur.
"Ya saya kira kita lihat balik lagi Jateng ini provinsi yang besar dan Pak Luthfi sebagai kapolda yang beliau lakukan sudah banyak khususnya di Jateng. Jadi saya rasa beliau pantas jadi gubernur di Jateng untuk periode selanjutnya. Tapi balik lagi untuk masalah Luthfi-Kaesang ataupun Kaesang-Luthfi kita lihat nanti ya," katanya.
Dalam hasil survei bertajuk 'Pilkada di Daerah Kunci: Siapa Unggul di Jawa Tengah?' itu nama Kaesang unggul dalam simulasi 21 nama dan 6 nama kandidat.
"Kalau kita kerucutkan dengan memberi daftar 21 nama, nama ini yang beredar di masyarakat, baik di media bakal-bakal calon ini, yang sementara unggul ini nama Kaesang Pangarep disusul oleh Ahmad Luthfi, Abdul Wachid, Raffi Ahmad juga ada di situ, Pak Bambang Wuryanto Pacul, Sudaryono, Hendrar Prihadi mantan walikota Semarang," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Minggu (30/6/2024).
Djayadi lantas membeberkan perolehan tingkat elektabilitas Kaesang jika simulasi 21 nama itu terjadi di Pilkada Jawa Tengah tahun ini.
Dimana hasilnya, Kaesang memperoleh 15,9 persen suara, disusul Kapolda Jateng Irjen pol Ahmad Luthfi 12,9 persen, Abdul Wachid 7,8 persen, Raffi Ahmad 6,8 persen, Bambang Wuryanto 5,8 persen dan Sudaryono serta Hendrar Prihadi masing-masing 4,7 persen.
Ketika hasil itu kembali dikerucutkan menjadi 6 nama, Kaesang kembali unggul dan justru elektabilitasnya makin melejit.
Perolehan suara Kaesang dalam simulasi ini mencapai 20 persen lebih dan ungguli Ahmad Luthfi hingga mantan Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen.
"Jika dikerucutkan menjadi 6 nama, tempat teratas masih ditempati Kaesang Pangarep (25,6 persen), diikuti oleh Ahmad Luthfi (16,1 persen) lalu, Taj Yasin Maimoen (13,4 persen)," kata dia.
Setelahnya, baru ada nama pentolan PDIP Jawa Tengah Bambang Pacul hingga Sudaryono.
"Bambang Pacul 9,7 persen, Abdul Wachid 6,2 persen Sudaryono 6,0 persen. Tidak tahu tidak jawab Rahasia 22,9 persen," kata Djayadi.
Bahkan Djayadi menyatakan, keunggulan Kaesang dalam simulasi 6 nama kandidat ini cenderung signifikan.
Perolehan elektabilitas Kaesang lampaui Ahmad Luthfi yang namanya kian dijagokan oleh beberapa partai politik.
"Kaesang Pangarep kalau enam kandidat itu cenderung unggul dari Ahmad Luthfi cukup signifikan unggul hampir 10 persen," tandas Djayadi.
Sebagai informasi, survei ini digelar dalam kurun waktu periode 21-26 Juni 2024.
Adapun target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi Jawa Tengah yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon
Sampel sebanyak 1.200 responden dipilih melalui metode double sampling atau pengambilan sample secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya.
Sekitar 75 ribu responden yang terdistribusi secara acak di Jawa Tengah pernah diwawancarai secara tatap muka langsung dalam kurun waktu 2018-2024.
Secara rata-rata, sekitar 74 persen di antaranya memiliki nomor telepon. Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelepon sebanyak 16.498 data.
Baca juga: Bukan RK, Kaesang Disebut Bakal Jadi Tantangan Berat Pasangan Anies-Shohibul Iman, Ini Alasannya
Jumlah yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei tersebut yakni sebanyak 1200 responden.
Adapun margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen asumsi simple random sampling.
Elektabilitas Kaesang kalahkan jagoan PDIP, bagaimana nasib kandang banteng?
Kaesang berpeluang maju di Pilkada Jateng 2024 setelah hasil survei Litbang Kompas menyebut elektabilitasnya mencapai 7 persen.
Elektabilitas Kaesang mengalahkan elektabilitas Kapolda Jateng Ahmad Luthfi berada pada posisi kedua dengan 6,8 persen.
Kini jadi pertanyaan publik, bagaimana bisa elektabilitas Kaesang tinggi di Jawa Tengah yang disebut-sebut merupakan kandang banteng atau basis pendukung PDI Perjuangan?
Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi, menyebut ungkapan Jateng sebagai Kandang Banteng kini perlu didiskusikan ulang.
“Orang menyebut Jawa Tengah sebagai kandang banteng, tapi sebenarnya angka pemilih PDIP di sana berapa? PDIP tidak lebih dari 30-40 persen di Jateng,” kata dia dilansir dari Tribun Jogja.
Arya menyebut, angka tersebut memang tinggi, tapi tidak mayoritas dan hanya unggul dibandingkan partai lain.
“Jadi, jika kita membaca pilpres kemarin, Ganjar Pranowo gubernur dua periode, didukung PDI Perjuangan, basis kuat di Jateng, tapi tetap kalah sama Prabowo di Jateng. Dengan begitu, mitos Jateng kandang banteng perlu didiskusikan ulang,” tuturnya.
Ia pun meragukan apakah PDIP masih sekuat dulu?
Sebab, mengingat banyak masyarakat sudah mulai rasional menentukan pilihan pemimpinnya.
Penentuan pilihan pemimpin itu pun tak semata-mata dari partai mana, tapi juga sosok dan rekam jejak tokoh tersebut.
“Pilihan rasional kini sudah jamak di publik dan itu sedikit banyak mereduksi sentimen kepartaian,” terangnya.
Arya mengingat, di tahun 2004, ketika Megawati dikalahkan Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati hanya menang di 3-4 kabupaten di Jawa Tengah.
Ia menyebut, Jawa Tengah bisa disebut kandang banteng, tapi cengkeraman suara tidak cukup kuat dan hanya menempatkan PDIP sebagai partai pemenang dengan angka yang lebih tinggi daripada partai lain.
Baca juga: Kepuasan Warga Terhadap Jokowi Tinggi, Berdampak Kaesang Jadi Kuda Hitam di Kandang Banteng Jateng
“Pilkada ini lebih banyak membaca figur, bukan partai. Jadi, PDIP perlu hati-hati, jangan hanya pakai mesin partai saja karena pemilih kita sekarang rasional dengan melihat rekam jejak,” tukasnya. (*)