Pengamat: Kecil Peluang Ridwan Kamil Lawan Kotak Kosong di Pilkada Jakarta
Jamil menyoroti upaya pembentukan KIM Plus tampaknya memang mengarah untuk menjegal pencalonan Anies Baswedan.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, menilai kecil peluang Ridwan Kamil melawan kotak kosong di Pilkada Jakarta 2024.
Jamil menyoroti upaya pembentukan KIM Plus tampaknya memang mengarah untuk menjegal pencalonan Anies Baswedan.
Baca juga: NasDem Beri Sinyal Gabung Kim Plus di Pilkada Jakarta, Gus Choi: Bau-baunya Begitu
"Upaya itu diperlukan karena Ridwan Kamil masih diragukan dapat mengalahkan Anies pada Pilkada Jakarta 2024. Kehawatiran itu wajar karena Anies sebagai pertahana masih dicintai sebagian warga Jakarta," kata Jamil, saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (7/8/2024).
Jamil kemudian menyinggung soal elektabilitas Anies Baswedan yang masih tertinggi dibandingkan kandidat lainnya. Misalnya, Basuki Tjahaja Puranama alias Ahok dan Ridwan Kamil.
Baca juga: Respons PKB Soal Tudingan KIM Plus untuk Jegal Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta
"Karena itu, KIM merasa perlu menarik partai yang akan mengusung Anies. Nasdem, PKB, dan PKS coba didekati agar meninggalkan Anies," jelasnya.
Menurutnya, jika upaya KIM Plus itu berhasil, maka PDIP tinggal bersama PPP dan Perindo yang belum menentukan cagub dan cawagub Jakarta. Namun tiga partai ini secara administrasi tidak cukup untuk mengusung pasangan cagub dan cawagub Jakarta.
"Kalau skenario itu terwujud, maka Ridwan Kamil tidak punya lawan. Sebab, calon independen juga berpeluang maju relatif kecil karena tidak cukup syarat dukungan," ucapnya.
Bahkan, ia menyebut, kalau pun calon independen bisa maju, peluangnya untuk menang melawan Ridwan Kamil sangat kecil. Sebab, hingga saat ini elektabilitas calon independen belum ada atau muncul.
Sementara itu, Jamil melihat kemungkinan beberapa partai-partai non KIM bergabung ke KIM Plus. Misalnya, PKB, menurutnya tampaknya berpeluang untuk menerima ajakan KIM.
"Sebab, PKB partai yang cenderung pragmatis. Selama itu menguntungkan PKB bisa saja mengalihkan dukungannya ke Ridwan Kamil," jelas Jamil.
Baca juga: KIM Bantah Jegal Anies, Klaim Tak Menciptakan Kondisi Agar RK Lawan Kotak Kosong di Pilkada Jakarta
Berbeda dengan PKS, kata Jamil, partai yang dipimpin Ahmad Syaikhu itu tampaknya masih bertahan untuk mendukung Anies. Sebab, PKS dinilai masih partai yang ideologis sehingga tidak mudah meninggalkan Anies.
Sedangkan, Nasdem, sebagai partai pengusung Anies di Pilpres 2024 kemarin tampaknya juga relatif pragmatis. Oleh Karena itu, ia menilai, ada kemungkinan NasDem tergoda untuk bergabung bersama KIM.
"Namun begitu peluang Nasdem tetap mengusung Anies juga masih terbuka karena Anies punya historis dengan Nasdem. Setidaknya Anies punya jasa dalam pendirian NasDem saat menjadi ormas," tuturnya.