Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keranda Bambu ‘Maanta Mayit’ Tradisi Khas Nagari Bukit Tandang Solok Sumbar

Warga adat Nagari Bukit Tandang Kabupaten Solok Sumbar punya tradisi membuat keranda bambu saat pengantaran jenazah.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Keranda Bambu ‘Maanta Mayit’ Tradisi Khas Nagari Bukit Tandang Solok Sumbar
TRIBUN PADANG/NANDITO PUTRA
Warga adat agari Bukit Tandang, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, Sumatera Barat memikul keranda bambu berselimut kain batik. Parade tradisi itu ditunjukkan di festival budaya 74 nagari di Kabupaten Solok, Selasa (14/3/2023). 

Jadi ketika ada yang mangkat, masyarakat akan bergotong royong membangun keranda dari bambu dan pelepah anau.

Ia mengatakan proses pembuatan keranda itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan harus dipimpin oleh satu seorang malin atau pembantu penghulu dalam urusan agama di nagari.

Penutup keranda tersebut berbentuk segi empat dan tidak dibuat melengkung seperti keranda pada umumnya.

Wan menjelaskan, bahan  yang digunakan sebagai penutup berasal dari pelepah pohon anau.

Sementara bagian tandu pada keranda itu terbuat dari betung (bambu petung).

Menariknya, tidak semua mayat bisa dibawa menggunakan penutup anyaman pelepah pohon anau.

Penutup keranda dari pelepah anau hanya diperuntukkan bagi mereka yang meninggal dalam keadaan sudah menikah.

Berita Rekomendasi

"Kalau yang meninggal masih bujangan atau belum menikah, tidak pakai penutup. Hanya pakai tandu saja, lalu ditutup kain," katanya.

Kemudian di tengah-tengah penutup keranda terdapat anyaman yang menyerupai kerucut dan ditutupi kain yang dinamai susungan.

Susungan juga memiliki perbedaan, tergantung status sosial si mayat. Misalnya, ketika ada penghulu yang meninggal, maka pada susungan akan dipasangkan deta.

Kemudian ketika ada seorang malin atau ulama yang meninggal, maka pada susungan akan dipasangkan sorban.

Begitu pula ketika yang meninggal adalah bundo kanduang, maka akan dipasangkan tingkuluak pada bagian susungan.

Sedangkan untuk masyarakat biasa, susungan hanya ditutupi kain biasa.

Wan melanjutkan, keranda yang digunakan untuk membawa mayat akan ditinggalkan di pusara, tepat disamping gundukan tanah kuburan dan dibiarkan lapuk.

"Jadi pembuatan keranda ini selalu dilakukan ketika ada yang meninggal. Satu orang satu juga kerandanya," tandasnya.(Tribunnews.com/TribunPadang.com/Nandito Putra)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Prosesi adat pemakaman unik di solok jenazah dibawa pakai keranda dari anyaman bambu

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas