Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Subari, Pedagang di Pasar Takengon Aceh Tengah Sukses Kuliahkan Anak-anaknya ke Jawa

Subari, pria Jawa kelahiran Sumatera di Takengon Aceh Tengah sukses menyekolahkan 9 anak-anaknya ke perguruan tinggi.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Subari, Pedagang di Pasar Takengon Aceh Tengah Sukses Kuliahkan Anak-anaknya ke Jawa
TRIBUN GAYO/HO
Subari, pedagang sukses di Pasar Takengon Aceh Tengah NAD dan foto-foto anak-anaknya yang mengenyam pendidikan tinggi di Jawa. 

TRIBUNNEWS.COM, TAKENGON – Subari, pria berdarah Jawa kelahiran Sumatera kini mengaku jauh lebih santai di usia 70 tahun.

Sembilan anak-anaknya sudah mendapatkan pendidikan tinggi di kampus-kampus terbaik. Dari 9 itu tinggal si bungsu yang masih menyelesaikan kuliah di UGM.

Subari seorang pedagang kelontong di Pasar Paya Ilang, Takengon, Aceh Tengah, Provinsi Nangroe Aceh Darusallam.

Ia banting tulang, pindah-pindah usaha, dan kini menghabiskan hari tua di Takengon. Pagi itu saat jurnalis Tribun Gayo Tribun Network menemuinya, ia sudah duduk di kios/lapak pasar.  

Sesekali, ia terlihat sedang melayani konsumen yang datang membeli rempah-rempah untuk kebutuhan dapur.

Tersenyum, Subari menyambut ramah. Ia masih terlihat jauh lebih muda dari usianya sekarang.

Menurut Subari, kunci perjalanan hidupnya percaya dan yakin rezeki sudah ditetapkan Allah SWT.

Berita Rekomendasi

Sosok Subari terlihat tangguh, penuh tanggung jawab, dan rela berkorban. Berwajah tegas namun penuh kasih sayang.

Itulah kata-kata yang dapat menggambarkan sosok ayah Sembilan anak ini.

Melewati banyak lika-liku dunia, asam garam kehidupan telah dirasakannya.

Subari yang kini berusia 70 tahun memang bukan seseorang yang berpendidikan tinggi layaknya para profesor.

Namun, nasihat-nasihat hebat yang selalu dituangkannya merupakan pelajaran paling berharga bagi kehidupan.

Sosok ayah yang menjadi inspirasi bagi anak-anaknya ini kesehariannya bekerja sebagai pedagang kelontong kecil di Pasar Paya Ilang, Takengon.

Usaha ini pun dijalani kurang lebih selama 20 tahun.

Mengawali kisah pada tahun 90-an saat itu konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia.

Subari dan keluarga tinggal di Aceh Timur. Keluarga bersuku Jawa ini pun akhirnya memilih jalan untuk pindah ke Kota Binjai, Sumatera Utara.

Beberapa tahun tinggal di Binjai, selanjutnya 1998 mereka kembali ke Aceh. Tepatnya ke Kampung Pantan Sile, Kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah.

Di sana, ia memulai kehidupan baru menjadi seorang petani.

Konflik bersenjata saat itu belum usai. Akhirnya Subari memutuskan pindah ke Takengon, Aceh Tengah pada 2000.

Dengan tekad berani, Subari memulai bisnis kecil-kecilan membuat produk tempe hasil olahan sendiri.

"Kita dulu jualan tempe, namun karena tempe kurang peminat, kita akhirnya jualan," kenangnya.

Sejak 2000 hingga sekarang, Subari bersama istri menekuni profesi sebagai pedagang di pasar tradisional Takengon.

Dengan modal kecil, ia sanggup mengontrak rumah di kawasan Kampung Tetunyung, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah.

Pertama bagi pria berdarah Jawa ini menjual rempah-rempah kebutuhan pokok di Pasar Inpres Takengon.

Kemudian, ia pindah tempat ke bagian pasar pagi lama atau Pasar Bawah Takengon, terakhir hingga saat ini Subari berjualan di Pasar Paya Ilang Takengon.

Subari terus gigih menjalani hidupnya, karena yang ia yakini ada Tuhan menentukan takdir manusia.

"Ya kita terus yakin, kuncinya nya ya usaha kita yakin aja, jangan asal-asalan, rezekinya pasti ada, itu dijamin Allah kan," ungkap pria bersahaja itu.

Laki-laki kelahiran Siantar 1953 itu mengaku pernah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun, ia bertekad kesembilan anaknya harus menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.

"Saya SMP pun gak tamat waktu itu, tapi saya kerja keras untuk anak-anak jangan kayak bapaknya lah gitu," terang dia.

Hal itu pun terbukti, kini sembilan anak Subari terbilang berhasil dan sukses di dunia pendidikan.

Saat ini, empat anaknya berada di Ibu Kota Jakarta bekerja di salah satu perusahaan yang telah mereka dirikan.

Satu anaknya berada di Kota Medan, Sumatera Utara yang mengikuti jejak Subari sebagai pedagang.

Selebihnya, empat anaknya berada di Aceh Tengah. Ada yang jadi ASN, dan bungsunya saat ini menempuh pendidikan di UGM.

Tak heran, ketekunan ibadah serta mencari rezeki yang halal, Subari dan istri kini tersenyum bahagia melihat kehidupan anak-anaknya.

Mereka menjadi pribadi yang tumbuh dan berkembang baik sesuai dengan harapan.

"Alhamdulillah sekarang sudah lebih santai, anak-anak sudah pada besar," katanya sambil tersenyum.

Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit dahulu bersenang kemudian.

Itulah yang dirasakan oleh Subari dan keluarga. Perjuangan keras melewati liku-liku dunia telah ia lewati.

Kini Subari hidup tenang dan damai sambil berjualan di Pasar Paya Ilang Takengon.

Sebelum adzan berkumandang, ia segera bergegas meninggalkan barang dagangannya dan langsung beranjak ke meunasah terdekat.

Subari dan Istri juga telah menjalankan ibadah umrah pada 2022.

Kini ia juga telah memiliki tempat tinggal yang nyaman bersama istri dan anak bungsunya.

Tak jarang, saat menjelang lebaran tiba, seluruh keluarga berkumpul di rumahnya.

Anak-anak di perantauan pun kembali ke kampung halaman untuk bertemu dengan ayah tercinta.

"Yang saya tekankan pada anak-anak ya itu, selain ilmu dunia yang dicari tapi ilmu akhirat itu tidak kalah penting, maka saya selalu didik anak-anak ke agama," terangnya.(Tribunnews.com/TribunGayo/Romadani)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Sosok subari pedagang kaki lima di aceh tengah sukses kuliahkan anaknya hingga ke pulau jawa

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas