Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hesti Palalangan Pelestari Seni Tari Toraja, 30 Jam Nonstop Menari Pagellu

Berdarah campuran Toraja-Ambon, Hesti Palalangan mengaku budaya Toraja memiliki pengaruh 75 persen lebih besar dalam hidupnya.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Hesti Palalangan Pelestari Seni Tari Toraja, 30 Jam Nonstop Menari Pagellu
TRIBUN TORAJA/M RIFKI
Seniman tari Hesti Yusniati Palalangan menarikan tarian Pagellu Toraja dan mencatatkan rekor 30 jam nonstop. Hesti seniman tari kelahiran Bandung dari orang tua campuran Toraja-Ambon. 

Kendati telah banyak mendapatkan pencapaian, Hesti selalu berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya.

Selain sebagai seniman tari, Hesti juga dikenal sebagai program conceptor, show director, dan art cultural researcher.

Dalam reli tarinya, Hesti menari di Sarambu Assing, Kolesawangan, Papa Batu, Buntu Sarira', Tilanga', Kuburan Batu Lemo, Sa'pak Bayobayo, Bebo', Tumbang Datu, Suaya, Tongkonan Lea, Buntu Burake, Pango-pango, Buntu Datu, Tongkonan Sillanan, Bandara Udara, Buntu Kandora, Tarongko, Pura Tambunan Litak, dan Pasar Seni Makale.

“TACF ini berbeda. Saya berkumpul dengan teman-teman dan merencanakan festival empat bulan yang dimulai dengan tari, karena bertepatan dengan hari tari sedunia," wanita blasteran Toraja dan Ambon ini.

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah inilah yang ingin dicapai dalam menari 30 jam ini.

Sambil menarik, Hesti ingin memperkenalkan cagar budaya sekaligus tempat wisata di Tana Toraja.

"Konsepnya itu 30 jam menari, tapi dengan model estafet untuk mengangkat cagar budaya dan pariwisata yang ada di Tana Toraja,” jelas Hesti.

BERITA TERKAIT

Lebih lanjut, Hesti ingin seni budaya yang ada di Toraja dimanfaatkan semaksimal mungkin dan disyukuri sebagai anugerah dari Sang Pencipta, bukan sebagai ajang eksploitasi.

“Penting untuk kita mengelolah dan merawat seni dan budaya Toraja dengan baik sebagai warisan leluhur yang dianugerahkan Tuhan, bukan malah mengabaikan dan membiarkannya punah atau bahkan maaf, hanya sebagai ajang eksploitasi,” tegas Hesti.

Hesti kemudian mengimbau agar seluruh aspek masyarakat, terkhusus pemerintah setempat untuk saling gotong-royong dalam melanggengkan seni budaya yang ada di Toraja.

“Bagaimana mengelolah dan merawat itu bukan hanya tugas saya sebagai seorang yang memiliki latar belakang pendidikan seni sekaligus pekerja seni, tapi semua lapisan masyarakat, khususnya pemerintah setempat," paparnya.

Pelaku budaya, pelaku seni, tokoh masyarakat tokoh adat, semuanya harus bergandengan tangan.

 Tidak mungkin bisa terawat dan terkelolah dengan baik jika hanya diserahkan kepada kami saja, harus ada sinergisitas gotong-royong,” pungkas Hesti.(Tribunnews.com/TribunToraja/Muhammad Rifki)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas