Bubur Jawak, Kuliner Khas Langka Belitung Berbahan Biji Sorgum
Bubur Jawak terbuat dari biji Sorgum atau Jawak. Kuliner ini sudah makin jarang ditemukan karena sulitnya bahan baku.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG – Kuliner satu ini layak masuk daftar menu jika Anda melancong ke Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Namanya Bubur Jawak. Khasanah kuliner unik ini terbilang langka pada saat ini. Bahkan ada yang menyebutnya nyaris punah.
Masalahnya, tanaman yang jadi bahan baku inti bubur ini tanaman semusim yang bisa dipanen hanya satu kali dalam setahun.
Selain itu, pengelolaan jawak juga terbilang cukup sulit karena harus memisahkan tujuh kulit arinya.
Lantaran sulit ditemui inilah harga jual jawak kemudian menjadi tinggi. Di kalangan masyarakat Belitung, tanaman jawak ini diolah menjadi bubur yang punya ciri khas.
Bubur jawak terbuat dari biji tanaman Sorgum atau di Kabupaten Belitung dikenal dengan nama Jawak.
Jawak adalah tanaman yang tumbuh mirip seperti ilalang, akan tetapi pohon jawak lebih tinggi seperti jagung.
Bubur jawak kerap kali menjadi hidangan favorit di bulan puasa Ramadhan.
Rasanya yang manis, gurih, dan nikmat, menjadikan kuliner khas yang satu ini selalu menjadi incaran.
Adhywira, pemilik warung Kedai Belitong Kite yang menyediakan hidangan bubur jawak, mengatakan untuk membuat kuliner khas Belitung ini tidak begitu sulit.
Anda hanya perlu mempersiapkan bahan-bahannya, yaitu biji jawak, gula aren, air putih, santan, sedikit garam, dan daun pandan.
Cuci jawak terlebih dahulu hingga bersih, kemudian ditanak hingga matang.
Selanjutnya rebus air dengan menambahkan gula aren, sedikit garam, dan daun pandan agar menghasilkan aroma bubur jawak yang wangi dan menggugah selera.
Masukkan jawak yang sudah matang tadi ke dalam air gula aren sembari diaduk secara perlahan.
Bubar jawak yang telah matang dapat Anda sajikan di dalam mangkok kecil.
Sajikan bubur jawak dengan menambahkan sedikit santan di atasnya.
Tekstur bubur jawak seperti tekstur bubur lainnya, yakni kental.
Namun dengan siraman santan, tekstur bubur ini dapat menjadi lebih sedikit cair dan cita rasa yang dihadirkan menjadi lebih gurih.
Bubur jawak memiliki nilai filosofi khusus, disebutkan oleh Adhywira jawak sebenarnya adalah pakan burung.
Dulu, saat masyarakat lokal berladang atau dalam bahasa Belitung disebut be ume, mereka menanam jawak sebagai tanaman pendamping padi.
Hal ini bertujuan agar burung-burung yang kerap menjadi hama bagi para petani tidak memakan padi yang mereka tanam.
Situasi ini menyiratkan harmonisnya hubungan antara manusia dan alam.
Jawak diketahui memiliki nilai gizi yang tinggi, bahkan disebut lebih tinggi daripada nasi dan jagung.
Hal ini dikarenakan jawak mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan serat.
Bubur jawak yang kaya akan nutrisi ini kemudian diolah menjadi bubur yang dipadupadankan dengan gula aren dan santan
Sehingga menambah nilai gizi dan nutrisi dari bubur jawak dan dapat memberikan asupan yang baik bagi tubuh.
Rekomendasi bubur jawak di Belitung yakni ada di Kedai Belitong Kite, Jalan Sudirman, Pangkal Lalang, Tanjung Pandan.(Tribunnews.com/Pos Belitung/Fitri Wahyuni)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Wisata belitung bubur jawak kuliner khas yang diolah dengan santan dan gula aren rasanya lezat