IPW: Polisi Kurang Sigap dan Peduli
Indonesia Police Watch (IPW), melihat kasus tewasnya Imam Syafi'i (31) yang jasadnya ditemukan berlumuran darah di mobilnya
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Dedy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW), melihat kasus tewasnya Imam Syafi'i (31) yang jasadnya ditemukan berlumuran darah di mobilnya yang terparkir di Terminal I-C Bandara Soekarno Hatta, membuktikan polisi masih kurang peduli atau sigap dalam menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
"Seharusnya polisi mampu bertindak cepat. Anggota polsek Johar Baru yang mendengar rekaman suara di handphone korban langsung melapor ke Polres untuk kemudian diteruskan ke Polda Metro Jaya," ucap Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane, dihubungi Selasa (19/3/2013) siang.
Dengan begitu, kata Neta, hilangnya Imam yang sempat dilaporkan pihak keluarga pada Minggu (17/3) ke Polrestro Bekasi atau sehari setelah kejadian, bisa cepat terlacak. Pasalnya Polda Metro Jaya punya alat canggih untuk melacak keberadaan korban dari handphonenya.
IPW menyayangkan mengapa aparat kepolisian tidak segera menanggapi dan menindaklanjuti lebih cepat pengaduan kakak kandung Imam.
"Kenapa keluarga korban malah disuruh ke sana ke mari untuk melapor. Dari Johar Baru disuruh ke Pulogadung terus disuruh ke Polres Bekasi. Itu kan terlalu lama. Itu kan sama saja memimpong keluarga korban," tandas Neta.
Polisi, kata Neta, belum mengerti dengan tugasnya dan tidak profesional karena komunikasi Polsek - Polres - Polda tidak berjalan.
Layanan pengaduan call center 110, ucap Neta, sebenarnya bisa juga dimanfaatkan sebab call center ini bersifat menyeluruh dan langsung kepada tindak sasaran. Tapi, kata Neta, bagaimana masyarakat mau mengadu ke call center 110 jika pengaduan langsung saja masih dipingpong.
Klik: