Saat Siswi SMA Belajar Jadi Petugas Forensik, Lakukan Olah TKP
Beginilah kalau anak-anak SMA belajar jadi petugas forensik, pelajari cara olah TKP.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
Kegiatan dimulai pada Selasa (21/5/2013) pagi dengan kunjungan ke Lembaga Eijkman yang lokasinya tepat berada di samping Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Tim peserta diajak berkeliling melihat aktivitas di beberapa laboratorium di lembaga tersebut seperti laboratorium forensik, isolasi DNA, dan penggandaan DNA.
Setelah berkeliling dan dibekali pengetahuan tentang DNA Forensik, mereka diberikan sebuah studi kasus yang harus dipecahkan. Hasil analisa dipresentasikan keesokan harinya di Panjang Jiwo Resort.
Menjelang siang, tim peserta bertolak ke Panjang Jiwo Resort. Di lokasi itu, mereka mengikuti berbagai aktivitas menarik seperti workshop kulit wajah sehat bersama Tasya Kamila, CSI Games, dan sesi diskusi bersama AKBP dra. Endang Sri Mulyaningsih, M.Biomed, APT dari Departemen Kepolisian Forensik Nasional Indoensia.
Di dua sesi terakhir ini, antusiasme para peserta terhadap dunia forensik DNA begitu terasa. Terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan dan semangat mereka memecahkan kasus CSI Games.
Selasa berganti Rabu. Itu artinya hari presentasi sudah tiba. Masing-masing tim diberi waktu 10 menit untuk mempresentasikan analisa mereka terhadap studi kasus pembunuhan di depan para juri.
Bertindak sebagai juri adalah dr. Loa Helena Surjadi M.S. (Lembaga Eijkman) dan tiga penerima beasiswa L'Oréal-UNESCO For Women in Science, Fenny M. Dwivany, Ph.D, Rani Sauriasari, M.Sc, Ph.D, Apt, dan Elvi Restiawaty, Ph.D.
Cara presentasi para tim cukup unik dan kreatif tanpa meninggalkan bobot materi. Mulai dari mengemasnya dalam bentuk sandiwara hingga penyampaian ala wartawan tv. Ada pula yang mempresentasikannya dalam Bahasa Inggris.
Usai ke-15 tim berpresentasi dan makan siang, akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba: pengumuman pemenang.
SMAN 71 Jakarta terpilih sebagai pemenang runner-up 2. Sedangkan runner-up 1 jatuh kepada SMAN 1 Singaraja. Dan pemenang utamanya adalah SMAN 1 Bogor.
"Tim pemenang dinilai memiliki alur penyampaian presentasi yang kreatif dan mudah dimengerti. Validitas dan studi pustaka mereka juga kuat," tutur dr. Loa Helena.
Antusias
Menurut pengamatan dr. Loa Helana, sejak program LGSC 2013 berlangsung, minat siswi terhadap dunia forensik sudah terlihat. Khususnya saat presentasi.
"Saat juri memberikan pertanyaan kepada tim di depan, saya lihat beberapa tim lainnya juga berusaha mencari jawaban lewat gadget mereka. Dari cara mereka bertanya saat sesi workshop dari forensik kepolisian juga terbilang kritis," ujarnya.