Jumlah Pedagang Kerak Telor Betawi Justru Bertambah di PRJ Kemayoran
Paguyuban Pedagang Kerak Telor Betawi ikut menyemarakkan kontroversi soal penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2013
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paguyuban Pedagang Kerak Telor Betawi ikut menyemarakkan kontroversi soal penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta (PRJ) 2013. Seperti diketahui, iven tahunan tersebut belakangan mendapat sorotan karena dinilai tak mengakomodir kepentingan usaha kecil. Terlebih, PRJ dinilai mulai menggusur kebudayaan asli betawi. Alasan itu yang membuat Pemprov DKI membuat 'PRJ Tandingan' yang diadakan di Monas.
Soal itu, Paguyuban Pedagang Kerak Telor Betawi membantah tidak diakomodir dalam pergelaran Jakarta Fair Kemayoran 2013. Disebutkan, selama 32 hari penyelenggaraan PRJ 2013, sebanyak 240 pedagang makanan khas Betawi ini tetap diberikan kesempatan berdagang di dalam Arena PRJ Kemayoran.
"Tidak benar Jakarta Fair ini nggak mengakomodir para pedagang kecil atau pedagang kerak telor. Buktinya kami para pedagang kerak telor yang asli Betawi banyak diakomodir oleh penyelenggara Jakarta Fair ini," kata Koordinator Paguyuban Pedagang Kerak Telor Betawi, Yani, dalam rilisnya.
Wanita yang biasa disapa Mpok Yani itu menyebut, omong kosong jika disebutkan, PRJ tidak memberi ruang berdagang bagi pedagang kerak telor. Ia mengklaim pedagang kerak telor ini gampang ditemui di dalam arena Jakarta Fair.
“Coba mas-nya lihat sendiri, di dalam arena sini banyak kan pedagang kerak telor, mereka ini yang benar-benar asli Betawi, bukan pedagang musiman dari luar daerah,” katanya.
Mpok Yani mengungkapkan dirinya dan para pedagang kerak telor yang asli Betawi berterimakasih kepada PT JIExpo selaku penyelenggara Jakarta Fair Kemayoran. Sebab mereka diberikan tempat berdagang di dalam arena dan sekaligus diberi kesempatan melestarikan makanan tradisional warisan nenek moyang.
"Tahun ini jumlah pedagang yang diakomodir di dalam arena Jakarta Fair bertambah banyak, tahun lalu hanya 155 pedagang, tapi tahun ini ada 240 pedagang," jelasnya.
Ditambahkan, para pedagang kerak telor yang berjualan di dalam arena Jakarta Fair Kemayoran adalah para pedagang kerak telor yang asli Betawi, dan kebanyakan masih ada hubungan dengan keturunan Ngkong Keling, tokoh Betawi Mampang sang penemu Kerak Telor.
"Kami punya paguyuban pedagang kerak telor di jakarta. Kami adalah pedagang kerak telor Betawi yang asli, yang sehari-harinya memang berdagang kerak telor, karena kami yang menuruni warisan para leluhur dalam melestarikan makanan khas ini," jelasnya.
Ia menambahkan, para pedagang kerak telor yang ada di dalam Jakarta Fair ini bukanlah pedagang kerak telor musiman. Bukan juga pedagang kerak telor yang menyerbu Jakarta hanya ketika ada iven besar seperti Jakarta Fair ini saja.
“Harusnya Panitia Jakarta Fair diberi penghargaan karena sudah ikut melestarikan budaya khas Betawi, bukannya malah dihujat sana-sini. Ga usah lah, persaingan bisnis ga usah pakai hujat-hujatan, karena nanti yang jadi korban biasanya para pedagang kecil seperti kami-kami ini,” ujarnya. (*)