Sopir Angkot: Kalau Tarif Nggak Naik Saya Nggak Dapat Apa-apa
Sejumlah operator angkutan kota di Jakarta mulai menaikkan tarif secara sepihak sepekan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Feryanto Hadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejumlah operator angkutan kota di Jakarta mulai menaikkan tarif secara sepihak sepekan setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Padahal, pemerintah belum menetapkan regulasi soal penaikan tarif angkutan umum.
Angkot M 09 jurusan Kebayoran Lama-Tanah Abang, misalnya. Para pengemudi, telah menaikkan tarif untuk trayek ini sebesar Rp 1.000, dari yang sebelumnya Rp 3.000 menjadi Rp 4.000.
Hal serupa juga dilakukan para pengemudi berbagai trayek lain. Diakui seorang pengemudi angkot M11 dengan trayek Meruya-Tanah Abang bernama Sopianto (56), kenaikan tarif ini sudah dia lakukan sehari setelah pemerintah mengumunkan kenaikan BBM Jumat (21/6/2013) lalu.
"Biasanya dari Tanah Abang ke Meruya Rp 4 ribu, sekarang jadi Rp 5.000. Memang katanya sih aturannya naik 8 persen atau dari Rp 4.000 jadi Rp 4.800. Tapi kadang nggak ada kembalianya, jadi ya Rp 5.000," jelasnya kepada Warta Kota, Selasa (25/6/2013) malam.
Sopian memberikan alasannya kenapa dia menaikkan tarif sendiri meskipun belum ada keputusan resmi dari pemerintah. Kata dia, seandainya tarif tidak dinaikkan, dia akan banyak kehilangan penghasilan mengingat dia hanya seorang supir, bukan sebagai pemilik angkot.
"Buat isi bensin saja, yang tadinya sehari ngisi Rp 90.000 sekarang jadi Rp 130.000. Kalau nggak dinaikin ya nggak dapat apa-apa. Penghasilan saya di sini itu antara Rp 45-50 ribu sehari loh, mas. Di Jakarta itu kecil. Apalagi saya harus nafkahin keluarga saya di kampung sana, di Pemalang. Apalagi uang setoran juga mau naik. Kalau tarif nggak dinaikkan ya gimana. Saya juga orang kecil," kata dia.
Banyak kejadian yang tidak menyenangkan dialami Sopian semenjak menaikkan tarif. "Hari ini saja saya hampir berkelahi dengan seorang penumpang. Hanya gara-gara duit 500 perak. Dia naik dari Arteri Kelapa Dua dan turun di Meruya. Dia kasih uang lima ribuan saya kembalikan dua ribu. Malah marah-marah. Ongkosnya biasanya memang Rp 2.500, tapi kan bbm naik jadi saya naikin Rp 500," jelasnya.
Sementara itu, Suryadi (50), pengemudi angkot C13 trayek Green Garden-Kreo mengaku hingga saat ini belum menaikkan tarif angkot yang dibawanya. "Kalau naik sih belum, tinggal kesadaran penumpang saja. Kalau penumpang bayar lebih saya terima, kalau ngasih tarif lama ya saya terima juga. Saya serelanya aja," ujar dia.
Suryadi mengaku takut jika menaikkan tarif sebelum keluar kebijakan dari pemerintah. Apalagi dia juga mendapat kabar bahwa angkutan umum di beberapa daerah di Jakarta ditilang gara-gara menaikkan tarif.
"Tarif masih Rp 4.000. Terus terang saya nggak berani menaikkan. Kalau sudah ada pengumuman ya nggak takut takut. Daripada gara-gara uang Rp 1.000 nanti malah kena tilang. Kalau saya dari dulu nggak pernah neko-neko," kata Suryadi yang beralamat di Pesing Koneng Rt. 015/002 Jakarta Barat.
Suryadi berharap agar pemerintah dan organda segera memberikan kejelasan terkait masalah tarif ini.