Warga Bilang Lebih Baik Diberi Sembako Daripada BLSM
Program pemerintah pro rakyat melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang didapat pengurangan subsidi BBM
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program pemerintah pro rakyat melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang didapat pengurangan subsidi BBM yang dibayar pemerintah ditanggapi beragam masyarakat.
Latifah (48), warga Pisangan Baru, Jakarta Timur menuturkan, harga sembako yang murah lebih membantu meringankan beban kebutuhan rumah tangganya ketimbang pemberian BLSM Rp 300 ribu per dua bulan.
"Sebenarnya pemerintah ngga perlu kasih BLSM kaya gini, udah antrinya panjang, uang yang diberikan juga ngga cukup buat dua bulan, hanya lewat saja, mending harga beras murah, minyak murah itu lebih meringankan kami. Kalau dikasih Rp 300 ribu tapi sembako mahal sama aja, percuma," katanya saat ditemui di Kantor Pos Matraman, Jumat (28/6/2013).
Saat ditemui janda beranak tiga yang tengah mengantre BLSM itu menilai hanya sebagai 'iming-iming' sementara untuk rakyat miskin. Padahal, kata Latifah, harga sembako yang melambung terus mencekik rakyat miskin. Pembagian BLSM yang tidak merata membuat sebagian warga menjadi saling iri.
"Ini cuma kaya diiming-imingi saja, padahal sembako tetep mahal, sama saja bohong, belum lagi ngga semua warga dapet BLSM, ibu saya janda umur 70 tahun, ngga kebagian, jadi pada iri-irian," katanya.
Buruh cuci yang berpenghasilan Rp 300 ribu perbulan itu meminta pemerintah agar mengganti BLSM dengan program beras miskin (Raskin) murah.
"Mending penerintah mikir bagaimana sembako bisa murah, ngga usah kasih program kaya ginian, beras Raskin yang murah tapi jelek dan bau, kita mau makannya harus di campur sama beras kualitas bagus, biar ngga bau, jadi percuma saja," keluhnya.