Walang Si Pengemis Tajir Dipanggil 'Pak Haji' di Kampung Meski Belum Pernah ke Mekkah
Walang mengaku malu dua kali. Malu pertama, kata Walang, karena terjaring razia. Sedang malu kedua atas gelar 'haji' harus pengemis.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cita-cita Walang bin Kilon (54), pengemis 'tajir' yang terjaring razia Sudin Sosial Jakarta Selatan sejatinya mulia, bisa menunaikan ibadah haji. Nyatanya, Walang sudah dipanggil 'Pak Haji' oleh tetangga di kampung halamannya meski belum pernah ke Mekkah.
Lantaran itu pula Walang mengaku malu dua kali. Malu pertama, kata Walang, karena terjaring razia. Sedang malu kedua karena atas gelar 'haji' harus melakoni profesi sebagai pengemis.
"(Para tetangga) nggak tahu (jadi pengemis), mereka tahunya saya kerja saja. Ya, malu, masa Pak Haji tapi ngemis. Nggaklah, kapok. Mau jual beli sapi saja di kampung," kata Walang ditemui Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jalan Bina Marga No 48, Kelurahan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (28/11/2013) pagi.
Walang mengatakan tidak mau kembali ke Jakarta dan mengemis. Dia akan kembali beternak sapi di Subang. Lantaran terjaring itulah, dirinya mengaku malu. Walang mengaku mulai tertarik melihat perilaku pengemis lain yang hanya duduk dapat uang. Ia pun sempat melakukan survei.
"Saya beli gerobak sama orang, saya pelajarin kok ngemis kayaknya gampang. Akhirnya saya ngemis, eh keterusan jadi kayak gini," kata lelaki asal Subang itu.
Sebelumnya, Walang dan rekannya laki-laki, Sa'aran, ditangkap petugas Sudin Sosial Jaksel pada Selasa (26/11/2013) pukul 19.30 WIB di bawah Tugu Pancoran, Jaksel. Walang mengaku mengemis untuk modal tambahan naik haji. Dia sudah mendaftar haji di Subang.
Saat ditangkap dalam gerobaknya ditemukan uang Rp 25 juta. Setelah dihitung, jumlahnya mencapai Rp 25.448.600. Uang tersebut dikumpulkannya dalam waktu 15 hari. Mereka mengumpulkan uang-uang itu dari mengemis di wilayah Pancoran dan sekitar Jakarta Selatan.