Kasus Pamudji, Komisi III DPR Minta Kapolda Gelar Tes Psikologi
Anggota Komisi III DPR, Harry Witjaksono, menyesalkan tindakan penembakan yang dilakukan anak buah kepada atasannya AKBP Pamudji
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR, Harry Witjaksono, menyesalkan tindakan penembakan yang dilakukan anak buah kepada atasannya AKBP Pamudji hingga tewas, di ruang Piket Yanma Polda Metro Jaya.
Menurut Harry, peristiwa itu merupakan tugas baru Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno yang baru saja dilantik. Harry mengatakan anggota polisi perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Terutama di sektor reserse dan narkoba yang memiliki beban kerja berat dengan senjata api yang selalu dibawanya.
"Harus ada evaluasi karena mereka jenuh dan cukup stres. Emosional bisa lepas pistol," tutur Harry di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Harry juga cukup menyesalkan kejadian tersebut berasal dari masalah sepele yakni diduga gara-gara anak buah AKBP Pamuji tidak memakai pakaian dinas.
"Itu kan memang tugas komandan dari bawahan. Masa cuma gara-gara itu saja. Kapolda Metro Jaya kan membawahi secara langsung untuk melakukan evaluasi," katanya.
Sebelumnya, AKBP Pamudji diketahui menjadi korban penembakan yang diduga dilakukan anak buahnya. Kejadian tersebut terjadi di ruang Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya, Selasa (18/3/2014) malam, pukul 21.30 WIB.
Walau mengarah kuat ke Brigadir Susanto sebagai pelaku penembakan terhadap AKBP Pamudji, sampai Rabu (19/3/2014) pagi ini, Brigadir Susanto belum mengakui dirinya menembak atasannya AKBP Pamudji hingga tewas.
"Semua saksi masih diperiksa secara intensif. Brigadir S juga belum mengakui," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu.
Menurutnya polisi tidak mengejar pengakuan pelaku namun menetapkan tersangka berdasarkan alat bukti yang ada dan melakukan penyelidikan dengan cara scientific identification, untuk memastikan aksi penembakan tersebut.
"Semalam inafis juga turun, visum juga sudah dilakukan. Kami bukan hanya mengejar pengakuan, tapi juga penyidikan secara scientific dan alat bukti," katanya.