Curhat Emon: Tiba-tiba Menjadi Ketagihan
Ketertarikan Andri Sobadri alias Emon (24) kepada bocah laki-laki muncul setelah ia menjadi korban kekerasan seksual.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Ketertarikan Andri Sobadri alias Emon (24) kepada bocah laki-laki muncul setelah ia menjadi korban kekerasan seksual. Emon digarap Enday, pria dewasa kenalannya, saat ia berusia 14 tahun.
Emon masih siswa SD ketika kenal Enday. Selama bertahun-tahun kemudian, Emon dan Enday terus berkomunikasi. Emon juga menjalin hubungan baik dengan Rizki, tetangganya, yang orientasi seksualnya sama dengan Emon dan Enday. Namun, kata Emon, Rizki juga punya istri dan anak.
Emon mengaku sering curhat kepada Enday maupun Rizki tentang para bocah laki-laki yang jadi pelampiasan hasratnya. Namun, Emon pelit membagi informasi tentang mereka.
Ia mengaku tak tahu latar belakang Enday. "Saya hanya kenal sama Enday, tetapi keluarganya saya tidak tahu. Dia orang Sukabumi juga," kata warga Kelurahan Sudajaya Hilir, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, itu.
Dalam mencari mangsa, Enday, Rizki, dan Emon bergerak sendiri-sendiri. Namun, tampaknya, wilayah operasi mereka sama. Ada korban Emon yang mengaku juga menjadi korban Enday maupun Riski. Hal ini diketahui Emon di kantor polisi.
"Waktu saya di sel ada salah satu korban yang mengaku bahwa dirinya juga disodomi oleh Enday," ujar Emon saat ditemui di Mapolres Sukabumi Kota, Selasa (6/5/2014).
Aksi pertama Emon terjadi sekitar tahun 2010. Korban pertamanya seorang bocah bernama Deni. Emon lupa bagaimana Deni bisa menjadi korbannya. Namun Emon ingat persis, setelah peristiwa itu, ia jadi ingin mengulanginya.
"Tiba-tiba muncul di benak saya untuk melakukan hal tersebut, setelah itu menjadi ketagihan," ungkap Emon yang kelopak mata kanannya membiru lantaran dipukul sesama tahanan di Mapolres Sukabumi Kota.
Emon biasa melakukan perbuatan cabulnya di tempat pemandian air panas Santa yang sudah tutup. Pada tempat pemandian yang berlokasi di wilayah Kecamatan Lio tersebut terdapat bilik-bilik maupun gazebo yang dikelilingi semak-semak dan tanaman liar. Sesekali Emon melakukannya di rumah saat keluarganya tidak ada.
Sejak 2012, Emon mencatat nama-nama korbannya di buku berwarna hijau. Buku tersebut disimpan di rumahnya, tepatnya pada sebuah lemari di samping televisi. "Saya mencatat nama-nama korban untuk koleksi," katanya.
Emon ingat 55 nama di buku tersebut. Namun ia juga mengaku ada juga korban yang namanya tak dicatat dan tak diingatnya. "Sebagian saya lupa mencatatnya," imbuh Emon.
Polisi menerima sekitar 110 laporan terkait aksi Emon. Sementara Emon mengaku, ia telah melakukan perbuatan asusila terhadap sekitar 120 bocah.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Mochammad Iriawan, Rabu (7/5/2014), menjelaskan bahwa dari 110 laporan yang masuk, tidak semuanya merupakan kasus sodomi. Menurut Iriawan, data terakhir menunjukkan, 18 bocah diduga telah disodomi oleh Emon, 33 anak dicabuli atau digesek-gesek oleh Emon, 10 bocah dirayu, dan satu bocah dianiaya karena menolak ajakan Emon.
Sedangkan 51 laporannya lainnya disampaikan karena kekhawatiran orangtua bahwa anaknya termasuk korban Emon. Kenyataannya, mereka tidak termasuk korban Emon.
Menurut Iriawan, Emon tidak segan-segan memukul bocah yang menolak nafsu bejatnya. "Korban dipukul karena tidak mau," kata Iriawan di Mapolres Sukabumi Kota. Untuk korban meninggal dunia, hingga kemarin polisi masih melakukan pendalaman.
Iriawan juga mengatakan polisi masih mengejar Enday dan Rizki yang disebut-sebut menghilang dari rumah masing-masing beberapa saat setelah Emon ditangkap polisi 27 April lalu.