Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Kampung Deret Cilincing Kesulitan Air Bersih dan Listrik

Namun warga masih menemui beberapa persoalan, yakni pasokan air bersih dan belum tersedianya alat pengukur listrik

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Warga Kampung Deret Cilincing Kesulitan Air Bersih dan Listrik
Tribunnews.com/Fitriandi Al Fajri
Kampung Deret Cilincing 

Laporan Wartawan Warta Kota, Fitriyandi Al Fajri

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Meski Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah meresmikan Kampung Deret di RT 12/04 Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara beberapa waktu lalu. Namun warga masih menemui beberapa persoalan, yakni pasokan air bersih dan belum tersedianya alat pengukur listrik di rumah warga.

Sueb (54) salah seorang warga RT 12/04 menuturkan, untuk mendapatkan pasokan air bersih warga selalu menyelang air sekitar 150 meter ke rumah tetangga yang berlangganan air pipa. Menurut Sueb, biaya yang harus dikeluarkan olehnya sebesar Rp 15.000 selama setengah jam.

Selama 30 menit menyelang air dari tetangganya, ia mampu memiliki cadangan air sebanyak dua bak mandi. Air sebanyak itu bisa digunakan selama dua hari. "Itu kalau air yang mengalir dari kerannya cukup deras, tapi kadang aliran airnya kecil. Jangankan dua bak mandi tertampung, paling kalau aliran airnya kecil hanya mampu tertampung satu bak saja," ujar Sueb saat ditemui di rumahnya.

Pria yang bekerja sebagai juru parkir di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing ini menambahkan, apabila ia tak memiliki uang terpaksa ia mengambil air dari sumur milik Ketua RT setempat. Akan tetapi mengambil sumur tersebut mesti mengeluarkan tenaga ekstra untuk menimba dan memindahkan ke bak mandinya.

Tak hanya itu, air sumur juga tak sejernih air yang dipasok dari pipa perusahaan pemasok air bersih. Selain air bersih, pria asal Banten, Jawa Barat ini juga mengeluhkan belum tersedianya alat pengukur listrik. Oleh karenanya, untuk memasok listrik ke rumahnya ia mengambil energi tersebut ke tiang listrik setempat.

Meski demikian Sueb mengakui, sebelum rumahnya dibedah pada Desember 2013 lalu ia memang, telah menumpang listrik. Akan tetapi kala itu ia menumpang energi listrik ke tetangganya. "Tiap bulan saya hanya bayar Rp 50.000 ke tetangga. Sebetulnya nggak enak numpang begini, kala saya dan tetangga pakai listrik sekaligus besar, bisa turun dayanya karena nggak kuat," jelas pria yang sudah tiga tahun tinggal di lokasi itu.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh, Mardi (33) warga RT 12/04. Pria yang bekerja sebagai karyawan swasta ini juga mengeluhkan sulitnya pasokan air bersih dan belum tersedianya alat pengukur listrik. Mardi mengungkapkan, setiap hari ia harus membeli air dengan cara menyelangnya ke rumah tetangga sejauh 200 meter. Untuk sekali menyelang ia biasa mengeluarkan uang Rp 30.000 selama satu jam.

Air pipa yang berhasil di tampung itu hanya bisa digunakan selama satu hari. "Tiap hari saya beli air terus, karena untuk keperluan mencuci dan masak. Kalau tidak ada air bersih, sulit juga untuk melakukan aktivitas," ujar Mardi.

Dia menambahkan, dirinya juga khawatir terjadi korsleting listrik yang berujung kebakaran karena belum tersedianya alat pengukur listrik di rumahnya. Kekhawatiran Mardi timbul ketika ia melihat untaian kabel listrik di permukiman setempat.

"Bukan hanya saya yang ngambil listrik dari tiang listrik. Warga lain juga banyak, saya takut ada kejadian kebakaran di sini akibat tidak adanya alat pengukur listrik yang aman," kata Mardi.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas