Penghasilan Rp 150 Ribu Sehari, Lulusan SMK Ini Pilih Jual Jamu Gendong
Di saat umumnya siswi lulusan SMK lebih memilih bekerja di perusahaan atau pertokoan, Dewi memilih profesi lainnya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS -- BAGI Dewi Rohani (22), menjadi penjual jamu gendong adalah profesi yang dipilihnya dengan penuh kesadaran. Bukan saja hasilnya yang lumayan, tapi profesi itu sesuai dengan kepribadiannya.
Di saat umumnya siswi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan akutansi lebih memilih bekerja di perusahaan atau pertokoan, Dewi memilih profesi yang tak banyak digeluti perempuan seusianya kala itu.
"Saya dari dulu ingin mandiri, nggak mau kerja diatur orang lain. Kalau kerja di toko atau di pabrik kan terikat," tuturnya di sela-sela mengikuti audisi Ratu Jamu Gendong di Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi, Minggu (24/8/2014).
Kini, penghasilan bersih yang diperoleh lulusan SMKN 1 Bulukerto, Wonogori, Jawa Tengah itu rata-rata tak kurang dari Rp 150.000 per harinya, angka yang mustahil diperoleh lulusan SMK yang bekerja di pertokoan keren maupun di pabrik besar sekalipun.
Sejak lulus SMK, Dewi sudah berkelana ke Padang, Sumatera Barat untuk menjadi penjual jamu gendong. "Kebetulan saya ikut suami saat itu, ada dua tahun saya berjualan jamu gendong di sana," ungkapnya.
Dua tahun berikutnya, tahun 2009, Dewi pindah ke Kota Bekasi untuk menggeluti profesi yang sama. Dia biasa berjualan keliling di Terminal Induk Kota Bekasi dan Pasar Baru. Praktis tak sampai delapan jam ibu muda beranak satu itu bekerja di luar rumah. Berangkat pukul 07.00, dia sudah bisa pulang sekitar pukul 10.00.
Sore harinya, dia kembali berangkat pukul 16.00, dan pulang selepas maghrib. "Enaknya jadi tukang jamu gendong, kita bisa atur waktu jam kerja sendiri. Kalau di jalanan diisengin atau digodain orang, itu sudah resiko. Tapi niat saya kan satu, nyari nafkah halal," tandasnya.
Bekal ilmu akutansi yang dipelajarinya selama sekolah di SMKN1 Bulukerto, dirasakannya cukup membantu dirinya menjalankan usaha jamu gendong itu. Selain menjual langsung kepada konsumen, Dewi juga meracik sendiri jamu tradisional itu.
Dia juga masih menyediakan jamu seduhan merk tertentu sesuai kesukaan pelanggan. Dari agen produsen jamu seduhan itulah, Dewi mendengar kabar adanya audisi Ratu Jamu Gendong. Dia mengaku mengetahui audisi itu dari agen produsen jamu seduhan. Kebetulan keluarga besarnya juga para pedagang jamu. Ibunya penjual jamu gendong.
Kakaknya, Ika Rokaya, juga mantan Ratu Jamu Gendong 2011. Meski gagal menjadi semifinalis yang mewakili Kota Bekasi, Dewi mengaku tidak menyesal telah gagal mengikuti jejak kakak kandungnya. "Kegiatan ini memberikan kepuasan batin bagi saya, karena jadi tambah pengalaman," ujarnya. (Ichwan Chasani)