Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bom di ITC Depok Akibat Persepsi Vakum Hukum

Menurutnya jika persepsi ini dibiarkan maka akan sangat berbahaya karena kejahatan demi kejahatan bisa terus terjadi

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Bom di ITC Depok Akibat Persepsi Vakum Hukum
Kompas.com/Alsadad Rudi
Sejumlah anggota polisi dengan anjing pelacak yang disiagakan di ITC Depok, pasca penemuan sebuah paket diduga bom di lantai dasar pusat perbelanjaan tersebut, Senin (23/2/2015) 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Peristiwa ledakan kecil di pusat perbelanjaan ITC Depok di Jalan Margonda, Senin (23/2/2015) petang, menurut Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel bisa terjadi karena adanya persepsi di masyarakat luas saat ini yang menganggap bahwa vakum hukum tengah terjadi.

Vakum hukum, kata Reza, ditandai dengan pertikaian antar lembaga penegak hukum Polri dan KPK. Pertikaian ini katanya bisa ditafsirkan masyarakat dan para bandit atau pelaku kejahatan bahwa sedang adanya vakum hukum yang terjadi.

"Selain itu, mengingat begal demi begal terus terjadi dan relatif lambat disikapi, akan dianggap semakin relevan dengan pandangan diatas yakni vakum hukum," kata Reza kepada Warta Kota, Selasa (24/2/2015).

Menurutnya jika persepsi ini dibiarkan maka akan sangat berbahaya karena kejahatan demi kejahatan bisa terus terjadi. "Itu yang saya risaukan, terlepas apa yang menjadi motif pelaku dalam peristiwa di Depok ini" kata Reza.

Menurutnya akibat persepsi vakum hukum sehingga timbul adanya aksi kejahatan merupakan pandangan klasik.

"Bahwa ternyata aksi kejahatan bisa terjadi akibat ada faktor kesempatan. Apalagi jika kejadian di Depok ini dianggap tidak terlalu serius karena ledakannya kecil, maka akan dianggap semakin nyata bahwa hukum seakan tidak bereaksi terhadap potensi maupun tanda kerawanan," papar Reza.

Karenanya walaupun dianggap tidak memiliki daya rusak, ia meminta polisi mengusut tuntas kasus dugaan bom di ITC Depok ini.

BERITA TERKAIT

Untuk mencegahnya terulang, kata Reza, kepolisian perlu memanaskan kembali kesiap siagaannya di segala aspek.

"Misalnya mengaktifkan kembali nomor darurat. Lalu perbanyak patroli menggunakan sepeda kayuh dan sepeda motor. Jangan moge dan mobil," kata dosen di Universitas Tarumanegara dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini.

Intinya kata Reza, kedekatan polisi dengan masyarakat harus lebih diintensifkan lagi agar aksi-aksi seperti ini bisa dicegah.(bum)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas