Pemilik Bioskop Bisa Seleksi Film yang Akan Tayang
Para pelaku perfilm-an Indonesia mulai dari sutradara, asosiasi pemilik bioskop dan beberapa pihak terkait
Editor: Toni Bramantoro
“Jika film-film Indonesia yang diproduksi berkualitas, meski dari sisi kuantitas tidak terlampau banyak, namun bisa meningkatkan jumlah penonton,” kata Djonny.
Djonny juga menepis tudingan bahwa tidak ada rasa nasionalisme hanya karena lebih mengutamakan film-film impor ketimbang film nasional.
Padahal, lanjut Djonny, bioskop di Indonesia sebenarnya memberi kesempatan banyak kepada film nasional, namun justru hal itu menurunkan jumlah penonton.
“Apanya yang tidak nasionalis? Pernah bioskop menghentikan jadwal tayang film asing, meski masih berpotensi meraup banyak penonton, yakni sekitar 400 penonton. Sebagai gantinya, ditayangkan film nasional. Namun kenyataannya, film tersebut ternyata hanya ditonton oleh 3o-an orang,” katanya.
Di sisi lain, Corporate Secretary jaringan bioskop XXI Catherine Keng setuju dengan Kemala, bahwa penonton film tidak bisa didikte. Menonton film, lanjut Catherineyang saat itu menjadi audiens, dilakukan ketika si penonton memiliki waktu luang yang sangat terbatas.
Dalam waktu sesempit itu, tentu saja penonton akan memilih film terbaik menurut dirinya. Dan faktanya, ternyata tidak banyak yang memilih film nasional. Itu artinya, bahwa dari sisi kualitas, memang harus ditingkatkan.
Seleksi itu memang sangat penting. Catherine Keng mengaku, selama ini jaringan bioskop XXI kerap terganggu dengan permintaan dari film nasional untuk tayang, padahal dari sisi kualitas tidak memadai.
“Setiap hari kami menerima permintaan dan bahkan ancaman,” tutur Chaterine.