Penjelasan Polda Metro Jaya Soal Berita Oknum Polisi Rasis dan Main Pukul
Belum tuntas kasus polisi ngomel di transjakarta, yang sempat menghebohkan dunia maya, kini percekcokan antara polisi dan warga sipil kembali terjadi
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum tuntas kasus polisi ngomel di transjakarta, yang sempat menghebohkan dunia maya, kini percekcokan antara polisi dan warga sipil kembali terjadi.
Kali ini, hal tersebut melibatkan seorang pengemudi mobil dan polisi lalu lintas di wilayah Grogol, Jakarta Barat.
Percekcokan itu dikisahkan dalam laman Facebook seorang pria bernama Huandra Limanau yang tidak lain adalah pengemudi mobil yang ditilang itu.
Huandra menulis, pemicu percekcokan adalah polisi tersebut berlaku rasial.
"Inilah polisi rasis, maki saya cina! Surat tilang tidak dijelaskan SIM ditahan, form biru dikosongkan. Nama petugas juga tidak diisi, SIM harus diambil dimana tidak ada info."
"Saya dipaksa tanda tangan, saya tolak form coklat dilempar ke saya. Saya uber nama petugas dan form biru, dipukul dan dimaki cina oleh polisi ini, Hariyanto. Itulah indahnya Indonesia."
"Mau taat peraturan malah dipersulit, dipukul, dan dicaci," tulis pria itu dalam laman Facebook-nya, Rabu (25/3/2015) lalu.
Selain tulisan itu, Huandra juga mengunggah beberapa foto polisi itu.
Dari seragam yang digunakan, polisi itu berasal dari satuan lalu lintas dan berpangkat brigadir kepala.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan, Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Barat serta Subdit Pembinaan dan Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya masih mendalami kasus ini.
"Sejauh ini, informasi dari anggota yang menilang, pengendara itu tidak dalam kondisi sehat. Makanya masih kami selidiki," ujar Martinus, Jumat (27/3/2015).
(Huandra Limanau Ngaku Ditilang, Dipukul, dan Dimaki Secara Rasis oleh Polisi)
Menurut Martinus, media sosial dapat digunakan untuk menyampaikan kritik bagi kepolisian.
Namun, kritik tersebut perlu dibahas dari dua sisi.
"Artinya, jangan langsung memercayai informasi dari media sosial atau dari anggota kami saja. Karena itu, kami mau mengetahui identitas serta kondisi yang sebenarnya dari pengendara itu," kata Martinus. (Unoviana Kartika/ Kompas.com )