Kisah Pasutri No'an-Jalinah, Mulai dari Mandikan Jenazah Teroris Sampai Menteri
Pasangan yang berprofesi sebagai pemandi jenazah ini terkejut ketika mendapati puluhan mayat korban Situ Gintung yang harus dia mandikan hari itu.
Editor: Rendy Sadikin
Laporan wartawan WARTA KOTA, Gopis Simatupang
TRIBUNNEWS.COM, CILANDAK - Pasangan No'an (69)-Jalinah (63) tergopoh-gopoh menuju Situ Gintung, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu 27 Maret 2009.
Pasangan yang berprofesi sebagai pemandi jenazah ini terkejut ketika mendapati puluhan mayat korban Situ Gintung yang harus dia mandikan hari itu.
Meski usianya sudah sepuh, pasangan suami-istri ini mulai mengerjakan tugasnya memandikan satu per satu mayat korban tanggul Situ Gintung tersebut.
No'an dan Jalimah yang pernah memandikan jenazah mulai dari preman, teroris, bahkan seorang menteri ini adalah sosok langka.
Itu lantaran saat sekarang jumlah pemandi jenazah di DKI Jakarta boleh dibilang bisa dihitung dengan jari.
Meski imbalan memandikan jenazah hanya Rp90.000 dan baru-baru ini naik menjadi Rp120.000, No,an dan istrinya tak pernah mengeluh.
"Nggak apa-apa hitung-hitung ibadah," ujarnya kepada Warta Kota baru-baru ini.
Lantaran langka, pasangan ini tak bisa menolak ketika ada yang membutuhkan jasanya tetapi lokasinya jauh dari tempat tinggalnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Meski angka pastinya tidak diketahui, tetapi dengan banyaknya panggilan dari Tangerang atau Bekasi kepada No'an dan Jalinah, ini menunjukkan bahwa jumlah pemandi jenazah sudah jauh berkurang kalau tidak boleh disebut langka.
No'an yang dihubungi Warta Kota beberapa waktu lalu mengakui kalau anak- anak muda sekarang umumnya tidak mau belajar memandikan jenazah.
Mungkin, kata No'an, selain takut juga "nggak ada duitnya" alias bayarannya yang minim.
"Kan anak-anak muda sekarang mengejar gaji besar, sedangkan memandikan jenazah kan cuma seikhlasnya," kata No'an.