Ahok Tertawa Dengar Anggota DPRD Kutuk Penertiban Kampung Pulo
"Banyak polisi seperti Syarif yang mementingkan suara, walau melanggar aturan," ucap Ahok.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPRD DKI dari Fraksi Gerindra, Syarif, mengutuk tindakan yang dilakukan aparat saat penertiban penggsuran di Kampung Pulo, Jakarta Timur, siang tadi.
Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tertawa dan mengatakan.
"Banyak polisi seperti Syarif yang mementingkan suara, walau melanggar aturan," ucap Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (20/8/2015).
Ahok menyebut, perkataan Syarif sebagai penyebab Indonesia pasca-reformasi susah menegakkan hukum. Padahal penertiban di Kampung Pulo demi normalisasi Kali Ciliwung, dan mengurangi bencana banjir di Jakarta.
"Saya kira itulah yang menyebabkan pasca reformasi, kita susah menegakkan hukum. Banyak politisi seperti Syarif yang penting dapat suara walau melanggar aturan," ujar Ahok.
Selain itu, Ahok memperingatkan Syarif bahwa dirinya tak mementingkan suara. Tetapi, lebih mementingkan kalau aturan ditegakkan.
"Syarif lupa, saya sebagai gubernur nggak penting dapat suara, yang penting aturan ditegakkan," jelasnya.
Lebih lanjut lagi, Ahok menyindir Syarif sebagai seseorang yang 'kelasnya' masih politisi bukan negarawan.
Diberitakan sebelumnya oleh Kompas, sambil menunggu rapat Komisi A DPRD DKI Jakarta mengenai relokasi warga Rawajati, beberapa anggota komisi bidang pemerintahan itu menonton siaran televisi tentang penggusuran warga Kampung Pulo.
Beberapa anggota Komisi A yang menonton bersama adalah Syarif dan Hamidi. Ada pula staf-staf Komisi A yang berada di ruangan itu.
"Pak Hamidi mau datang ke sana? Saya mau datang ke sana, tetapi mereka belum pernah mengadu atau kirim surat ke kami. Kalau ke sana, nanti takut disangka provokator," ujar Syarif kepada rekannya, Hamidi, di Gedung DPRD DKI, Kamis (20/8/2015).
Mereka berdua beberapa kali menggelengkan kepala dan berdecak menyaksikan tayangan itu. Running text yang muncul di televisi itu pun tidak luput dari pantauan.
"Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama anggap kericuhan di Kampung Pulo itu wajar," ujar Hamidi membaca running text.
"Pemimpin kita kok enggak ada sensitifisme-nya ya. Gimana pun, mereka kan anak-anak kita," ujar Hamidi.
Proses penggusuran warga Kampung Pulo di Jalan Jatinegara Barat itu berlangsung ricuh. Bentrokan terjadi setelah negosiasi yang gagal antara warga dan petugas.
Suasana di Kampung Pulo menjadi mencekam. Warga dan petugas terlibat bentrok di jalan. Gas air mata ditembakkan oleh petugas. Namun, warga berhasil memukul mundur petugas.
Batu-batu beterbangan. Jalan pun ditutup total akibat kericuhan. Aksi saling lempar batu masih terjadi.