Bu Guru Sri Habis-habisan Hingga Gadaikan 80 Kamar Kos ke Rentenir
Wanita yang menggunakan jilbab berwarna biru itu sudah habis-habisan tertipu oleh tiga warga negara asing (WNA) dari Afrika.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sri Mundiyah (52) seorang Kepala Sekolah di Semarang merasa lega karena tiga pelaku penipuan lewat akun facebook palsu Jenderal Hwande Paul berhasil ditangkap Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Wanita yang menggunakan jilbab berwarna biru itu sudah habis-habisan tertipu oleh tiga warga negara asing (WNA) dari Benua Afrika.
Dengan iming-iming keuntungan yang besar, Sri sampai seperti tidak sadarkan diri ketika menerima tawaran dari kawanan pelaku penipuan itu.
Dia menceritakan kronologi kejadian, saat akun palsu Jenderal Hwande Paul yang diketahui warga Amerika Serikat yang bertugas di Suriah menawarkan bisnis kepadanya.
"Pertama chating masalah tempat kerja dengan bahasa Indonesia. Setelah itu baru berkomunikasi lewat handphone. Namun, saya ngga bisa ngikuti ritme bahasa Inggris pelaku," tutur Sri di Mapolda Metro Jaya, Minggu (13/9/2015).
Ternyata dibalik akun Jendral Hwande Paul adalah Gabriel alias Jackson Chukwukere Oris (41).
Saat perkenalan Jenderal Hwande Paul mengaku tidak punya keluarga di Indonesia. Sedangkan istrinya telah meninggal dunia, dan dia harus mengurus kedua anaknya di Suriah.
Saat itu, kata dia, pelaku mendapatkan uang sebesar 5.000.000 dolar AS untuk dititipkan ke korban.
"Dia (Pelaku-red) katanya mendapat uang dari pemberantasan narkoba. Dia dapat uang 5 juta dollar yang dititipkan ke saya. Tiga hari kemudian berjanji akan ke Jakarta," ungkapnya.
Selang beberapa hari, korban pun ditelepon oleh agen dari akun facebook palsu Jendral Hwande Paul bernama Aryani agar mentransfer uang sebesar Rp 9,5 juta.
Setelah itu, pelaku kembali meminta uang sebesar Rp 35 juta.
"Hari berikutnya kembali meminta uang atas nama Ade Aryani. Dia kurir yang katanya mendapatkan tugas ke Suriah. Uang Dollar itu di UN Indonesia Tower," kata dia.
Karena ingin menyakitkan korban, Gabriel kemudian menyuruh korban datang ke tempat tinggalnya di Apartemen Rasuna Said Tower 7 lantai 21.
Di situ, dia memperlihatkan tumpukan Dollar di dalam koper dan boks putih yang ada cap merahnya.
Untuk menghilangkan cap stempel lambang UN, kata dia, dirinya disuruh membeli cairan sebesar Rp 3,5 miliar.
Padahal, cairan yang berbahan kimia itu ternyata aseton. Korban pun harus membayarkan Rp 700 juta untuk membeli cairan tersebut.
"Uang Rp 700 juta sudah saya penuhi. Dengan cara meminjam uang dari rentenir sebesar Rp 500 juta. Padahal saya cuman dapat Rp 450 juta. Ini saya juga diberikan tenggat waktu sampai 17 September. Jaminannya kos-kosan 80 kamar milik saya akan diambil alih kalau ngga ngasihin," tuturnya. (Bintang Pradewo)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.