Cerita Warga soal Prostitusi Kalijodo
"Boleh minum boleh main cewek, tetapi jangan berantam," kata seorang warga.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktik postitusi merupakan mata pencaharian utama warga Kalijodo.
Mereka menyambung hidup dari uang yang diberikan para pria hidung belang.
Lina (45), warga Kalijodo, mengatakan setiap malam banyak pria hidung belang mengendarai mobil berkunjung ke tempat itu.
Mereka mendatangi salah satu kafe yang berada di kawasan tersebut.
"Di sini kalau kafe malam baru buka. Siang tak buka. Kalau cewek nonstop. Cewek siang malam ada. Ikut mami. Di sini mah darimana saja ada," tutur Lina ditemui di kawasan Kalijodo Jakarta Utara, Senin (15/2/2016).
Dia menjelaskan, prostitusi di Kalijodo sudah berlangsung lama.
Rata-rata penghuni di sana merupakan penghuni lama.
Sementara itu warga pendatang ada, tetapi tak banyak.
Sedangkan pemilik tempat prostitusi mayoritas berasal dari sebuah kota di Sulawesi.
Sangat sedikit berasal dari daerah lain, seperti Pulau Jawa. Para pemilik tempat itu saling bersaing.
"Boleh minum boleh main cewek, tetapi jangan berantam," kata dia.
Dia menambahkan, petugas keamanan hanya ada gangguan keamanan saja datang ke tempat itu.
Selain itu, tidak pernah ada yang datang. Sebab, praktik perjudian tak ada lagi di sana.
"Dulu waktu ada judi banyak polisi. Sekarang cewek doang sepi. Di sini kafe semua, sudah tak ada judi," tambahnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengunjung harus mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000 untuk menikmati jasa para pekerja seks komersial (PSK).