Kesaksian Sopir Truk Trailer dalam Tabrakan Beruntun di Tol Cikunir
Abdul dan Kundang merupakan sopir bus yang terlibat dalam insiden tersebut, sedangkan Aceng adalah kondekturnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Kecelakaan beruntun antara satu truk trailer, dua bus antar kota antar provinsi (AKAP) Budiman dan satu mobil pribadi di Tol JORR Cikunir, Jumat (18/3/2016) dini hari menewaskan tiga orang.
Sopir truk trailer, Mukid selamat dari tragedi tersebut. Meski ia sempat terpental hingga dua meter.
Saat ditemui di rumah sakit, sopir truk trailer bernama Mukid (46) tak menyangka, ban depan sebelah kanan kendaraannya bisa pecah. Padahal, kondisi ban masih bagus dan dia selalu mengecek tekanan angin sebelum kendaraan itu digunakan.
Apalagi dalam insiden itu, tulang pangkal paha sebelah kanannya patah, akibat dihantam bus dari arah belakang.
Menurutnya, sesaat kendaraannya berhenti di lajur cepat, mendadak mesin truknya mati. Dia lalu turun dari truk dengan maksud membetulkan selang angin kompresor yang terlepas, sebab mesin kompresor juga berperan untuk menghidupkan mesin.
"Pas banget saya mau betulin selang, tahu-tahu ada tiga kendaraan menabrak bagian belakang truk," jelas Mukid.
Mukid melanjutkan, saat tiga kendaraan menghantam bagian belakang truknya, dia lalu terpental sejauh dua meter. Untungnya, tubuh Mukid terhalang oleh barier (pembatas jalan), sehingga dia tidak terpental sammpai ke ruas tol yang ada di seberangnya, arah Cikampek.
"Mungkin kalau terpental jauh, saya sudah meninggal dunia karena bisa terlindas kendaraan dari arah sebaliknya," ujar Mukid.
Sementara itu dokter jaga RSU Almutazzam Medika, dr. Gia Pratama mengatakan, empat orang dari 11 pasien yang masuk ke rumah sakit telah diperbolehkan pulang.
Alasannya, luka yang diderita dianggap ringan dan mereka juga lebih memilih rumah sakit yang dekat dengan rumahnya.
"Empat pasien yang pulang itu adalah penumpang Toyota Avanza. Sebetulnya dua dari empat orang lukanya cukup parah di bagian kepala, tapi mereka minta pulang karena ingin berobat di rumah sakit dekat rumahnya," kata Gia.
Gia menjelaskan, pihaknya tidak bisa menghalangi keinginan pasien untuk pindah ke rumah sakit. Yang penting, kata dia, mereka sudah ditangani terlebih dahulu oleh tim medis rumah sakit setempat.
"Sebetulnya biaya perawatannya sudah ditanggung oleh Jasa Raharja," tambah Gia. (Fitriandi Al Fajri)